Sebagai anak-anak Allah, salah satu warisan yang kita miliki adalah kuasa dan otoritas. Tuhan Yesus telah mengalahkan iblis (Kolose 2:15) serta mengembalikan kuasa dan otoritas ke tangan orang percaya. Sesungguhnya Iblis sama sekali tidak punya kuasa atas orang yang ada dalam Kristus. Ada beberapa cara iblis menyerang orang percaya. Salah satu caranya ialah memperdaya kita dengan tipu muslihatnya.
Kuasa dan otoritas harus digunakan dengan cara pandang yang benar sesuai firman Tuhan. Ingat bahwa iblis pun memakai firman untuk mencobai Tuhan Yesus (Matius 4:1-11). Sama seperti Yesus mengalahkan iblis dengan kuasa Roh Kudus, maka anak-anak Allah juga hidup dipimpin oleh Roh Allah (Roma 8:14).
Jika kita ada dalam Kristus dan firmanNya menguasai hati dan pikiran kita, maka iman kita akan selalu aktif serta kuat. Iman timbul dari pendengaran (pewahyuan) oleh firman yang dihidupkan oleh Roh Kudus (firman rhema). Iman merupakan perisai untuk memadamkan semua panah api si jahat (Efesus 6:16).
“Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” (Markus 16:17-18)
Secara sederhana, KUASA/Dunamis/Dynamite adalah kuasa Allah yang memberi kemampuan untuk melakukan kehendakNya. Sedangkan OTORITAS/Exousia adalah kuasa yang secara sah didelegasikan Tuhan kepada orang percaya serta hak untuk mendemonstrasikan kuasa tersebut.
Tuhan Yesus memberikan kita otoritas untuk memakai namaNya seperti yang tertulis dalam Yohanes 14:12-13
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.”
Ungkapan ‘dalam nama’ berarti dengan otoritas/dengan kuasa/atas nama/dalam karakter. Memakai otoritas berarti dengan iman kita bertindak sebagai representatif Tuhan Yesus, menurut kehendak dan instruksiNya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Kristus.
Sama seperti Yesus melakukan kehendak Bapa di bumi dengan kuasa Roh Kudus (Yohanes 5:19;KPR 10:38), kitapun menjalankan otoritas bukan dengan pemikiran dan pengertian sendiri tapi dalam pimpinan Roh Kudus, dengan mata yang tertuju kepada Kristus.
“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:5-6)
“Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” (Roma 8:26)
Beberapa contoh hal yang menghalangi kuasa otoritas Tuhan bekerja dalam hidup kita :
– Ketidaktaatan (tidak percaya, dosa, kompromi dengan dunia, pakai kuasa gelap)
– pikiran yang membatasi kuasa Tuhan karena belum diperbarui firman, ketakutan, kekuatiran
– tidak jaga hati (self-pity, tidak mengampuni/kepahitan, hati yang keras, kesombongan)
– hal-hal lain (perkataan sia-sia/sembrono, tidak memiliki rasa takut akan Allah, tidak mengerti kehendak Allah, dll)
Ketaatan kepada Allah akan membuat doa, perkataan dan tindakan kita penuh kuasa. Iblis sudah dikalahkan oleh Darah Anak Domba, dia hanya bisa menipu kita melalui pikiran, melalui apa yang terlihat dengan menawarkan keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup. Lawan iblis dengan iman yang teguh (1 Pet. 5:9a).
“Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yakobus 4:7)
Perlu dipahami, kuasa dan otoritas diberikan bukan untuk disalahgunakan demi memenuhi keinginan/hawa nafsu kita; tetapi untuk melakukan kehendak Allah, untuk mendatangkan kebajikan/berkat bagi diri sendiri dan/atau orang lain serta memuliakan Bapa.
Kuasa dan otoritas diberikan untuk :
– mengalahkan dosa/hawa nafsu kedagingan, hidup dalam kekudusan dan mengalahkan tipu daya iblis agar berkemenangan dalam segala perkara
– melayani/melakukan panggilan sesuai karunia masing-masing
– mendemonstrasikan kuasa kesembuhan dan mukjizat, membebaskan orang-orang yang terikat, mengusir setan
– berdoa bagi pemberitaan Injil Kerajaan untuk keluarga/kota/bangsa/bangsa-bangsa agar terjadi revival dan penuaian jiwa-jiwa
Cara pandang yang benar terhadap masalah/tantangan akan membuat kita berjalan dalam kuasa dan otoritas ilahi. Orang percaya melihat masalah/tantangan bukan sebagai bencana atau sesuatu yang harus dihindari, namun sebagai kesempatan untuk melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan.
Kita telah menerima Kerajaan yang tidak terguncangkan; orang benar akan hidup oleh iman, bukan karena melihat. Hidup oleh iman membuat kita tidak terintimidasi oleh keadaan, oleh masalah atau hal-hal lain. Pengenalan kita akan Allah di dalam Kristus Yesus merupakan pondasi iman yang kuat, yang menopang bangunan hidup kita tetap kokoh berdiri meski di tengah guncangan.
Stefanus dan Paulus adalah contoh orang yang memiliki pengenalan akan Tuhan sehingga bisa melihat masalah/tantangan dengan cara pandang yang benar. Mereka mengerti bagaimana berjalan dalam kuasa otoritas ilahi dalam mengatasi masalah, dalam pelayanan bahkan dalam penganiayaan yang merenggut nyawa mereka.
Mengenal Tuhan berbeda dengan sekedar tahu tentang Tuhan. Kadang masalah/tantangan justru merupakan masa-masa terbaik untuk semakin mengenal Tuhan dan mengalami mukjizatNya. Kita tidak perlu takut meski berada dalam lembah kekelaman karena kita mengenal Tuhan secara pribadi.
Pengenalan akan Tuhan didapat melalui proses :
1. Berakar dan bertumbuh dalam kasih (Efesus 3:16-20)
Kasih akan membuat iman kita kepada Kristus Yesus semakin disempurnakan. Tuhan Yesus yang akan memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita kepada kesempurnaan sehingga kita semakin berakar dan berdasar dalam kasih. Di dalam kasih tidak ada ketakutan.
“Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” (1 Yohanes 4:18)
2. Mengenakan pikiran Kristus (Kolose 3:1-3).
Memiliki pikiran Kristus berarti memikirkan perkara yang di atas di mana Kristus ada. Memikirkan dan mencari perkara yang di atas, artinya: kita menilai, mempertimbangkan dan memikirkan segala sesuatu dari sudut pandangan kekekalan dan sorga. Kita berpikir dan bertindak sesuai dengan pikiran dan tindakan Kristus. Hal ini didapat lewat keintiman dengan Roh Kudus.
Kristus adalah hikmat Allah. Pikiran Kristus bertolak belakang dengan hikmat manusia.
Hikmat Allah tersembunyi bagi orang yang tidak mengenalNya, namun dinyatakan kepada orang percaya melalui Roh Kudus. Pikiran Kristus memberikan kita hikmat, kebijaksanaan dan ketajaman dalam segala sesuatu. Orang yang memiliki pikiran Kristus akan menyangkal diri, pikul salib dan hidup dipimpin Roh Kudus.
3. Persekutuan dalam penderitaan Kristus (Filipi 3:7-11).
Orang percaya harus memiliki pengenalan akan Kristus dan kuasa kebangkitanNya. Sebelum itu kita harus lebih dulu menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, untuk kemudian beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Kuasa kebangkitan Kristus menghasilkan dampak yang dahsyat dalam kehidupan kita. Kuasa itu memampukan anak-anak Allah menang atas masalah, dosa/kedagingan dan tipu daya iblis.
4. Berkemenangan sampai garis akhir (Roma 8:35-37)
Jika kita tetap tinggal dalam Kristus, maka Dia yang menjamin kita untuk mencapai garis akhir. He is the Author and Finisher of our faith.
“Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.” (Filipi 1:6)
Sebagai orang yang ada dalam Kristus, lihatlah permasalahan dengan cara pandang yang benar. Kemudian hadapi tantangan dan selesaikan masalah dengan kuasa dan otoritas ilahi dalam pimpinan Roh Kudus.
Jikalau permasalahan yang terjadi disebabkan karena kesalahan/kelalaian kita sendiri, jangan tunda untuk membereskannya sebelum itu menjadi sebuah krisis. Jangan mengasihani diri sendiri (self-pity) melainkan ucapkan syukur dalam segala keadaan; hiduplah di hadapan Tuhan dalam kerendahan hati dan dalam pertobatan senantiasa.
Di luar Kristus, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Jaga hati untuk senantiasa melekat kepada Tuhan, agar saat kita berseru, Dia akan menjawab dan membawa kita dalam jalan kemenangan.
image source: https://jerryhinjari.org/tag/signs-and-wonders/