Saat menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat secara pribadi, kita menjalani kehidupan yang baru dengan iman kepadaNya. Iman bukan hanya saat kita menerima keselamatan (Efesus 2:8) tetapi juga dalam kehidupan setiap hari sebagai orang percaya. Tuhan Yesus yang memimpin kita dalam iman, dan membawa iman kita kepada kesempurnaan.
Memelihara dan menumbuhkan iman
Orang benar akan hidup oleh iman. Tanpa iman tidak mungkin kita berkenan kepada Allah. Oleh sebab itu, kita perlu memelihara dan menumbuhkan iman dengan belajar menerapkan gaya hidup orang beriman.
Gaya hidup adalah pola hidup yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan cara pandang. Gaya hidup merupakan campuran dari kebiasaan (hal yang dilakukan terus-menerus), cara dalam melakukan sesuatu dan perilaku. Sebagai ciptaan yang baru, orang beriman harus memiliki gaya hidup yang berpadanan dengan Injil Kristus :
1. Mengerti identitasnya dalam Tuhan.
“Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.” (Yesaya 43:1-2)
Kita telah menjadi milik kepunyaan Allah karena karya penebusan Yesus Kristus. Apapun keadaan yang kita alami, Allah berjanji akan selalu menyertai, membela, melindungi dan membawa kita dalam kemenangan.
2. Berjaga-jaga senantiasa (Lukas 21:34-36).
a) Menjaga hati dengan segala kewaspadaan (Amsal 4:23).
b) Menjaga kekudusan, jangan sampai hati dikuasai hawa nafsu, pesta pora, kemabukan serta kepentingan duniawi yang akan menjadi jerat bagi kita ketika hari Tuhan datang.
c) Memiliki kehidupan doa agar senantiasa beroleh kekuatan untuk tetap berdiri dalam iman sampai hari kedatangan Tuhan.
3. Menolak untuk hidup dalam kekuatiran (Matius 6:31-34).
Pesan Tuhan bulan lalu mengingatkan bahwa Allah menjamin orang benar yang hidup oleh iman. Jika kita mencari terlebih dahulu Kerajaan Allah serta kebenarannya, maka semua yang kita perlukan akan Tuhan sediakan. Oleh sebab itu orang benar tidak perlu hidup dalam kekuatiran.
Dampak buruk dari kekuatiran :
a) Mematahkan semangat, merusak kesehatan secara jiwa/mental dan secara fisik.
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang” (Amsal 17:22).
b) Kekuatiran adalah seperti mata air yang keruh dan sumber yang kotor (Amsal 25:26).
Tubuh manusia sangat membutuhkan air bersih untuk dapat melangsungkan hidup. Sumber air yang tercemar akan membawa berbagai virus/bakteri yang menyebabkan kerusakan sel dan organ. Ini akan menimbulkan berbagai penyakit bahkan dapat mengancam kehidupan secara fisik. Begitu pula kekuatiran adalah seperti air cemar yang membahayakan kehidupan rohani orang benar.
c) Kekuatiran menghalangi pertumbuhan rohani seseorang (Lukas 8:14).
Orang yang penuh dengan kekuatiran adalah seumpama semak duri yang menghimpit benih yang ditaburkan (yaitu firman Allah) sampai mati. Kekuatiran membuat orang tidak dapat bertumbuh secara rohani sehingga tidak menghasilkan buah yang matang.
4. Selalu hidup dalam pertobatan (dalam kerendahan hati), tinggal diam menantikan Tuhan dan percaya (Yesaya 30:15a).
Orang beriman menyerahkan hidupnya secara penuh kepada Tuhan. Hidupnya adalah hidup karena percaya dan bukan karena melihat. Kepercayaannya kepada Tuhan disertai dengan tindakan/ketaatan sebagai demonstrasi kasih. Orang beriman juga akan memiliki hati yang mau diajar (rendah hati) dan mengandalkan Tuhan.
Seiring dengan penerapan gaya hidup, iman akan mengalami pertumbuhan. Iman bertumbuh melalui :
1. Pembacaan Kitab Suci (Roma 10:17).
Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Roh Kudus menyingkapkan firman yang kita baca, sehingga memberi terang, memberi pengertian dan menimbulkan iman (Mazmur 119:130). Hati yang lemah lembut (tanah hati yang baik) akan membuat iman bertumbuh dan menghasilkan hidup yang berbuah.
2. Penganiayaan (1 Petrus 4:12-19)
Setiap orang yang mau hidup beribadah kepada Kristus akan menderita aniaya. Dunia memang membenci Yesus dan para muridNya. Kita disebut berbahagia jika menderita karena Kristus dan karena kebenaran, karena besar upah yang menanti. Penganiayaan atau menderita karena kebenaran merupakan ujian yang justru akan membuat iman semakin bertumbuh, kuat dan dimurnikan.
Menjadi murid Kristus yang dapat dipercaya
“Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.” (2 Timotius 2:2)
Tuhan Yesus memberikan Amanat Agung bagi kita, orang yang beriman kepadaNya, untuk pergi menjadikan semua bangsa murid Kristus dan mengajarkan mereka segala sesuatu yang Tuhan perintahkan (Matius 28:19-20). Sebelum menjadikan semua bangsa murid Kristus, kita harus belajar menjadi murid terlebih dahulu.
Kualitas murid yang sejati adalah orang yang hidup oleh iman kepada Kristus atas dasar kasih, menjadi serupa dengan Dia dan dapat dipercaya. Dapat dipercaya di sini maksudnya adalah memiliki ketaatan dan kesetiaan kepada Kristus, dan kemudian mengajarkannya kepada orang lain.
Untuk menjadi murid Kristus yang dapat dipercaya, ada 2 faktor yang perlu diperhatikan :
a. Inteligensi
Adalah daya reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat baik secara fisik maupun mental, terhadap pengalaman baru; membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila dihadapkan pada fakta atau kondisi baru; kecerdasan. Secara sederhana, inteligensi adalah kemampuan untuk memperoleh dan menerapkan pengetahuan serta ketrampilan.
b. Integritas
Menurut Westminster Dictionary of Theological Terms, integritas adalah sebuah istilah teologis untuk menunjukkan kemurnian dan kejujuran sebagaimana manusia diciptakan dalam rupa dan gambar Allah dalam Kejadian 1: 26-27.
Ciri karakter yang berintegritas adalah kelakuan yang bersih, sikap dan motivasi hati yang murni, tidak hidup mengikuti hawa nafsu, tidak bersumpah palsu, jujur serta tulus ikhlas. Orang yang berintegritas akan memegang teguh prinsip-prinsip kebenaran dan berani bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Tahun 2021 merupakan Tahun Integritas di mana kita membangun karakter ilahi dengan kuasa Roh Kudus.
Orang yang hidup oleh iman harus memakai inteligensi yang dimilikinya secara berintegritas agar dapat dipercaya untuk mengemban tugas Amanat Agung. Tentu banyak ujian dan tantangan yang harus dihadapi, namun demikian firman Tuhan memerintahkan kita untuk tidak mundur dari iman kepada Allah.
“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala,
sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Matius 10:16)
Murid Kristus diumpamakan seperti domba yang diutus ke tengah-tengah serigala. Serigala ialah lambang dari binatang yang buas, liar, gemar menyerang dan memangsa, hidup bebas mengikuti nafsu/nalurinya sendiri untuk bertahan hidup. Arus dunia, goncangan dan tantangan adalah seperti serigala bagi kita. Dalam menghadapi ‘serigala-serigala’ tersebut, Tuhan menghendaki kita untuk memiliki ke dua sifat ini : cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
Perlu dipahami bahwa cerdik berbeda dengan licik, dan tulus berbeda dengan polos/lugu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘cerdik’ memiliki arti mampu membaca dan mengerti situasi, mampu memberikan solusi dan banyak akal.
Dalam bahasa Yunani, kata ‘cerdik’ pada Matius 10:16 mengandung pengertian yang dalam Bahasa Inggrisnya diterjemahkan ‘wise’ (bijaksana) yaitu kemampuan untuk memahami ide-ide dan situasi-situasi yang sulit untuk membuat keputusan yang baik; memiliki persepsi yang tajam dan melihat jauh ke depan, penuh kehati-hatian dalam berkata-kata/bertindak melihat situasi dan kondisi yang ada.
Ular memiliki sifat yang mampu mengenali mangsa dan keadaan bahaya serta keadaan di sekitarnya. Murid Kristus harus memiliki sifat ‘cerdik seperti ular’ dalam artian memiliki hikmat bijaksana dalam menilai segala sesuatu, berhati-hati dalam berkata-kata dan dalam bertindak mengambil keputusan. Tidak sembrono tapi melangkah dalam ketepatan. Kecerdikan tidak digunakan untuk merugikan orang lain ataupun memuaskan hawa nafsu demi kesenangan pribadi.
Merpati dikenal sebagai lambang ketulusan dan kesetiaan. Ketulusan dalam Matius 10:16, diterjemahkan sebagai ‘innocent’ dalam bahan Inggris, yang berarti: tidak tercampur, murni, bersih. KBBI menjelaskan ketulusan sebagai kesungguhan, kebersihan hati dan kejujuran.
Kecerdikan menekankan tentang cara dan metode, sementara ketulusan menekankan tentang motivasi yang dilandasi dengan rasa hormat dan kasih akan Tuhan. Hati harus selalu dijaga agar tetap bersih, tidak memiliki niat jahat untuk menjatuhkan, melukai, memperalat, memanipulasi atau merugikan orang lain.
Kita tidak diperintahkan hanya cerdik seperti ular atau hanya tulus seperti merpati. Kecerdikan tanpa ketulusan bisa disalahgunakan demi memuaskan hawa nafsu. Ketulusan tanpa kecerdikan membuat seseorang jadi kurang/tidak produktif. Kita harus memiliki keduanya : cerdik dan tulus hati. Inteligensi harus sejalan dengan integritas agar kita menjadi murid Kristus yang dapat dipercaya.
“Demikianlah hendaknya orang memandang kami : sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.” (1 Korintus 4:1-2)
Orang benar akan mencari perkenanan Allah, itulah yang membuatnya pantang mengundurkan diri. Dalam menghadapi penganiayaan, pergumulan dan tantangan, dia tidak mundur dari iman. Dalam proses dan didikan Tuhan, dia tetap menjalani dengan kerendahan hati dan ketabahan. Dalam segala kelemahan dan keterbatasan, dengan iman dia mengandalkan Tuhan. Dalam menanti janji Tuhan yang belum digenapi, dia tetap menanti dengan sabar, setia dan bertekun.
Dengan iman kita diselamatkan, dengan iman kita hidup bagi Allah dan melakukan Amanat Agung, dengan iman kita menyelesaikan pertandingan sampai garis akhir.
“Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.” Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup. (Ibrani 10: 38-39)
image source: https://bibleversestogo.com/products/ephesians-2-8-9-saved-through-faith