Semua manusia sudah jatuh ke dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Sejak itu manusia mengalami kematian rohani karena hubungan dengan Allah terputus akibat dosa pemberontakan.
Dosa menyebabkan damai sejahtera dan sukacita hilang dari hidup manusia. Dosa membuat hati manusia berkelok-kelok, sulit berbuat baik dan cenderung lemah sehingga membuahkan kegagalan dan kejahatan.
Dosa membuat manusia hidup dalam ketakutan dan kehilangan rasa aman. Dosa membuat manusia keluar dari berkat Allah.
“Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.” (Mazmur 14:3)
Kebutuhan manusia sesungguhnya adalah hidupnya diselamatkan dan dikembalikan ke posisi seperti awal penciptaan (yang memiliki gambar kemuliaan Allah). Hal ini hanya dapat dilakukan oleh Allah. Dia sendiri menurut kerelaan kehendak kasihNya berinisiatif memulihkan kehidupan manusia melalui karya keselamatan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus datang ke dunia bukan hanya menyelamatkan kita dari dosa, kutuk dan kebinasaan kekal, tapi juga memulihkan hati/kehidupan orang yang percaya kepadaNya.
1. Bagaimana akar kita
Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, tetapi karena jatuh ke dalam dosa maka identitas/gambaran Allah dalam dirinya menjadi rusak. Semua manusia yang berdosa telah kehilangan hati nurani yang bersih, itu sebabnya seseorang harus mengalami kelahiran kembali secara roh dalam Kristus Yesus.
Pesan Tuhan sepanjang bulan ini adalah Perhatikan akar kita. Ibarat hidup kita sebuah pohon, maka hati adalah akarnya.
Apa yang ada di dalam hati kita? Sering kita tidak menyadari atau mengenal keadaan hati kita yang sesungguhnya. Kita memerlukan pertolongan Roh Kudus untuk menerangi apa yang ada dalam hati agar tidak berjalan dalam kegelapan.
Dalam Yohanes 4, diceritakan kisah perempuan Samaria yang mengalami luka hati dan perasaan tidak aman akibat kegagalan dalam pernikahannya yang berulang kali. Keadaan hati yang demikian membuatnya hidup dalam dosa (hidup dengan pria yang bukan suaminya). Perempuan ini tidak paham akan keadaan dirinya sendiri, dia tidak mengerti apa yang sesungguhnya dia perlukan. Ia mencoba cari jalan keluar dengan pengertiannya dan caranya sendiri. Tekanan yang menghimpit membuat dia semakin menderita, terjebak dalam dosa dan terikat. Jiwanya tidak mengalami ketenangan dan damai sejahtera.
Tuhan Yesus membuka mata hati perempuan ini dan menawarkan Air Hidup (Roh Kudus) sebagai satu-satunya solusi yang dapat memuaskan kehausan jiwanya. Air Hidup itu akan menjadi mata air yang akan terus memancar sampai hidup yang kekal. Dia tidak perlu mencari sumber lain untuk memenuhi dahaga di jiwanya selain oleh Roh Kudus. Setelah mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus, perempuan Samaria ini menerima keselamatan dan pemulihan hati.
“barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” (Yohanes 4:14)
Apakah kita mengalami hal-hal yang serupa dengan yang dialami perempuan Samaria ini?
Masalah dan tantangan iman bisa terjadi kapan saja. Wabah berskala besar COVID-19 dan berbagai krisis yang menyertainya telah memberikan dampak luas di segala aspek kehidupan.
Resesi ekonomi, pergolakan dalam masyarakat/bangsa yang semakin memprihatinkan, masalah keamanan, kemunduran di dunia pendidikan dan lain sebagainya menimbulkan ketakutan, kekuatiran dan tekanan yang dapat mengganggu integritas seseorang untuk kompromi dengan dosa, untuk hidup dalam hawa nafsu, amarah, pertikaian, iri hati, cinta akan uang, ketamakan, kepahitan, motivasi hati yang tidak benar, putus pengharapan bahkan iman menjadi luntur.
Bagaimana keadaan akar kita saat ini? Di mana hati kita tertanam?
2. Dampak berakar di tepi aliran air
Pada saat percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita mengalami kelahiran baru secara rohani (Yohanes 3:5-7). Roh kita yang selama ini mati menjadi hidup karena terhubung kembali dengan Allah. Allah mencurahkan Roh Kudus ke dalam hati sehingga hati nurani kita disucikan. Dia memberikan roh yang baru di dalam batin kita. Hati yang keras diganti menjadi hati yang taat (Yehezkiel 36:26-27).
Namun tidak berarti selesai sampai di situ; kelahiran baru merupakan titik awal dari sebuah perjalanan rohani menuju kesempurnaan yaitu semakin serupa dengan gambar Kristus . Ini yang disebut dengan Pengudusan (Sanctification). Proses ini berlangsung seumur hidup, di mana Roh Kudus membersihkan, menguduskan dan memulihkan hati kita. Dengan apa? Dengan firman Tuhan.
“Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yohanes 15:2-3)
Orang yang tertanam di tepi aliran air (memiliki gaya hidup merenungkan firman Tuhan serta hidup dipimpin Roh Kudus) akan menghasilkan buah dalam kehidupannya.
Hal-hal yang sia-sia dari hidup kita (ranting yang tidak berbuah) akan di potong, supaya kita kudus tak bercacat cela. Jika sudah berbuah, kita semakin dibersihkan agar menjadi produktif dan lebih banyak berbuah supaya rencana Allah digenapkan dalam hidup kita.
“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” (Yohanes 15:7-8)
Dampak lain dari kondisi tertanam di tepi aliran air adalah daya tahan yang tinggi terhadap berbagai situasi kehidupan yang tidak baik atau tidak nyaman. Mazmur 1:3 menyebutkan keadaan ini dengan ‘tidak layu daunnya’. Kesegaran daun pohon itu tidak ditentukan oleh teriknya matahari yang mengundang ancaman kekeringan.
Orang tersebut bukan tertanam di air kotor (hati yang dikuasai ketakutan, rupa-rupa keinginan daging, kompromi dengan dosa, dsb), tetapi di tepi aliran air yang memberikan asupan nutrisi yang diperlukan akar untuk dapat berdiri kuat. Aliran air hidup itu menguatkan manusia batiniahnya.
Ia tetap kokoh berdiri meski dalam masalah/tantangan karena akarnya kuat merambat ke bawah sampai menyentuh sumber air.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang yang melakukan firman, bangunan hidupnya tidak akan rubuh karena dia mendirikan rumahnya di atas dasar batu (Matius 7:24-25).
Tuhan lewat pemazmur hendak mengatakan kepada kita bahwa hubungan seseorang dengan Tuhan yang dibangun lewat gaya hidup cinta akan firman Tuhan, bukan hanya memastikan orang itu berbuah, tapi juga menjaga orang itu agar tetap dapat berintegritas (Mazmur 1:1).
Orang yang berintegritas tidak akan berjalan menurut nasihat orang fasik, tidak akan berdiri di jalan orang berdosa, dan tidak akan duduk dalam kumpulan pencemooh. Orang yang berintegritas juga akan senantiasa menjaga hatinya dengan segala kewaspadaan.
3. Menempatkan diri untuk tertanam di tepi aliran air
Dalam Yesaya 55, Allah memanggil kita untuk turut serta dalam keselamatan yang daripadaNya.
1)“Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!
2) Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.
3) Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.
Firman Tuhan akan mengairi dan memulihkan setiap tanah hati sehingga kehidupan terpancar dari dalamnya dan nama Tuhan dimuliakan.
10) Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan,
11) demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
13) Sebagai ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar, dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon murad, dan itu akan terjadi sebagai kemasyhuran bagi TUHAN, sebagai tanda abadi yang tidak akan lenyap.”
Gereja lokal adalah Kerajaan Allah di bumi yang harus mengalirkan mata air kehidupan kepada jemaatnya. Respon kita sebagai jemaat adalah menempatkan diri di tepi aliran air supaya dibersihkan, berbuah, berhasil serta tetap kuat berdiri dalam menghadapi masalah dan tantangan.
Allah hanya bisa memulihkan hati seseorang jika orang tersebut memutuskan untuk tertanam di tepi aliran air.
Menempatkan diri untuk tertanam di tepi aliran air maksudnya :
– Beribadah dengan cara yang benar dan berkenan kepada Tuhan,
– Suka merenungkan firman Tuhan siang dan malam,
– Berakar dalam pengajaran firman,
– Memiliki gaya hidup doa, pujian, penyembahan.
Kehidupan orang yang kuat manusia batiniahnya diibaratkan seperti pohon Zaitun. Pohon zaitun adalah pohon yang dapat hidup di berbagai musim dan usianya dapat mencapai ribuan tahun. Pohon Zaitun dapat hidup dan tumbuh di padang gurun dan juga pada musim salju. Pohon ini hampir tidak dapat binasa. Jika ditebang, maka akarnya akan kembali bertunas.
Hal ini terjadi karena akarnya yang panjang dapat merambat ke dalam tanah hingga mencapai kedalaman 6-7 meter.
Perhatikan akar kita, apa yang ada di dalam hati kita. “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Matius 6:21)
Tempatkan hati kita untuk tertanam di tepi aliran air; lekatkan hati kita hanya kepada Tuhan karena hanya Dialah sumber segalanya bagi kita.
Tuhan Yesus memberkati.
image source: https://adventuresofabusymom.com/tag/john-414/