ALLAH ADALAH KASIH

Home / Weekly Message / ALLAH ADALAH KASIH
ALLAH  ADALAH  KASIH

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).

Allah adalah kasih dan kita terus mengalami kasih itu dalam Kristus Yesus sampai hari ini. Hubungan antara Allah dan manusia didasari dan ditandai oleh kasih, artinya seluruh rencana dan kehendak Allah terhadap manusia adalah manifestasi dari kasih-Nya. Kasih Allah memiliki dimensi yang kekal/tidak berakhir, mencakup segala hal, sangat dalam serta melampaui segala pengetahuan sehingga tidak mampu dimengerti oleh manusia biasa yang karnal (daging) & sekuler (duniawi). Kita perlu pertolongan Roh Kudus untuk dapat memahami dan mengalami kasih Allah yang berlimpah-limpah.

Barangsiapa lahir dari Allah memiliki Kasih (His being dan bukan sekedar His doing).
Tuhan Yesus menggambarkan ‘kasih Allah’ yang luar biasa itu sebagai kehadiran Allah sendiri, tidak tergantung dari faktor dari luar diri-Nya (integritas = complete in itself). Kasih yang tidak bersyarat (unconditional), didemonstrasikan dengan pengorbanan Kristus (the ultimate sacrifice) dan sempurna (yaitu mencapai seluruh tujuannya) di dalam kita.

Karena kasih, Allah telah lahir sebagai manusia dan mati (Yesus) kemudian bangkit sebagai Allah anak (Kristus) supaya kita hidup oleh Yesus Kristus. Karena kasih, Ia rela mengorbankan Diri-Nya, Ia telah mati ketika kita masih hidup dalam dosa, dalam keadaan memusuhi Allah, tidak memiliki pengharapan, pantas dimurkai dengan hukuman kekal di neraka.

Jika kita dikasihi Allah sampai pada hari ini bukan karena kesalehan dan kuat gagah kita, tetapi semata-mata karena Allah adalah kasih. Dia menyatakan kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Iman percaya kita untuk dapat menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah murni pemberian Allah karena kasih-Nya.

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9).

Kasih adalah tanda dari sebuah kelahiran kembali saat Roh Kudus yang adalah wujud kasih Allah dicurahkan di dalam hati kita (Roma 5:5). Kita memiliki benih ilahi karena kita berasal dari Dia (1 Yoh 3:9-10; 5:1) sehingga kita dimampukan untuk melakukan perintah Agung :

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:37-39).

Mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi artinya tidak hanya tahu firman (membaca, mengerti, posting dan menjadikan pegangan hidup) saja tapi harus sampai tahap melakukan firman/kehendak Bapa (seperti pada perumpamaan dalam Matius 21:28-31). Bukan hanya menguasai firman tetapi harus hidup oleh firman.

“Barang siapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku.” (Yohanes 14:21).

Roh Kudus yang ada di dalam kita senantiasa memperbaharui, menguatkan dan meneguhkan manusia roh/batiniah kita sehingga kasih Allah menguasai seluruh hati, jiwa (pikiran, perasaan, kehendak) serta akal budi kita. Mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi adalah hasil ketaatan manusia roh kita yang tunduk kepada kehendak Allah, didasari ketulusan kasih dan dilakukan dengan integritas.

Manusia roh akan tunduk kepada pimpinan Roh Kudus jika kita memelihara persekutuan kasih dengan-Nya melalui gaya hidup doa pujian penyembahan. Akibatnya, perintah Tuhan bukan lagi menjadi suatu taurat yang mengikat dan membatasi kebebasan tetapi ketaatan kita merupakan karya Roh Kudus sebagai sumber air hidup yang memancar dari dalam hati karena kita percaya kepada Yesus Kristus (Yohanes 7:38-39a).

“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” (1 Yohanes 4:7-8)

Kehadiran Roh Kudus membuat kita menerima dan mengalirkan kasih tersebut sehingga kita dapat mengasihi Allah, diri sendiri serta orang lain. Mengasihi diri sendiri (bukan mengasihani diri/self-pity) berarti memilih untuk tetap tinggal dalam kasih sebab di luar itu kita akan tersesat dan binasa. Mengasihi orang lain berarti memperlakukan mereka sesuai hukum kasih Kristus. Perlu diingat dan dipahami bahwa kasih Allah dalam Kristus Yesus (Roh Kudus, Roma 5:5) selalu sejalan dengan firman kebenaran.

“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14)

Tanda kita mengasihi Allah adalah ketika kita melakukan perintah-Nya. Apa itu perintah-Nya?

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yohanes 13:34)

“Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.” (2 Yohanes 1:6)

Untuk hidup/tinggal dalam kasih adalah suatu keputusan/pilihan pribadi yang diikuti oleh kemauan. Selanjutnya Tuhan yang akan memampukan kita menyalurkan kasih dan menambahkan serta memperlebar kapasitas kasih kita (melalui suatu proses pendewasaan).

Dalam Yohanes 15:4-7 Tuhan Yesus (Kasih) mengatakan bahwa Dia adalah Pokok Anggur yang benar, kita adalah ranting yang berasal dari-Nya dan Bapa adalah pengusaha kebun anggur. Ranting tentu akan menghasilkan buah yang sama dengan pokok anggurnya : dari buahnya kita akan mengenal seseorang karena setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik pula (Matius 7:17-20). Bila kita tetap tinggal dalam kasih-seperti ranting yang terhubung dengan pokok anggur-akan menghasilkan buah (kasih).

Arti ‘hidup/tinggal’ dalam kasih-Nya adalah menuruti perintah-Nya.

“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.” (Yohanes 15:9-10)

“Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.” (Yohanes 15:2) ‘..di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.’…

Di luar Kristus kita tidak bisa berbuat apa-apa, sebaliknya orang yang mau tinggal dalam kasih akan berbuah. Tahun ini adalah the Year of Integrity. Roh Kudus akan mendidik, memurnikan dan menguduskan (sanctification) kita agar menjadi person of integrity yang menghasilkan buah-buah kasih dengan kualitas baik/matang. Mengapa begitu penting untuk berbuah kasih? karena di luar kasih semua yang kita lakukan akan sia-sia.

“Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.” (1 Korintus 13:1-3).

Bila kita cermati ayat di atas ternyata pengetahuan, karunia, iman yang memindahkan gunung, perbuatan baik bahkan pengorbanan tidak ada artinya jika dilakukan tanpa kasih.
Hal yang dilakukan tanpa kasih tidak membawa kemuliaan bagi Tuhan, tidak menjadi dampak/berkat. Sehebat apapun yang dilakukan tanpa kasih bisa menjadi kesombongan bahkan membawa kepada kehancuran, tetapi kasih membangun.
Contoh : seseorang yang memiliki karunia yang luar biasa tetapi menjadi sombong dan mencari keuntungan diri sendiri, maka orang tersebut tidak tinggal di dalam hukum kasih, maka semua yang dilakukannya akan sia-sia. Mengapa ? Karena “Kasih itu tidak memegahkan diri, tidak sombong dan tidak mencari keuntungan diri sendiri… Faith works by love.

Orang yang tidak tinggal dalam kasih hidupnya akan menjadi seperti ranting yang kering, jiwanya mengalami keletihan, hidup dalam penghakiman/penghukuman, tidak mengalami damai sejahtera/sukacita dan tidak mampu bertahan menghadapi tantangan sampai garis akhir karena mengandalkan kekuatan sendiri.

Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” (Yohanes 15:4-6)

Hidup di luar kasih berarti tidak terhubung dengan mata air kehidupan (Roh Allah), keadaan ini seperti semak bulus di padang belantara yang tidak akan mengalami datangnya keadaan baik. Orang seperti ini bisa menumbuhkan akar pahit yang menimbulkan kerusuhan dan mencemarkan banyak orang. Karena kekosongan dalam batin, maka ia cenderung memiliki nafsu yang rendah seperti Esau yaitu menukar kebenaran/ sesuatu yang rohani untuk mengejar pencapaian palsu yang ditawarkan dunia demi memuaskan hawa nafsu. (Ibrani 12: 15-17).

Kasih bukanlah suatu tanda kelemahan tapi suatu kekuatan dahsyat yang berasal dari Roh Allah. Kasih Allah itu kokoh, seperti Menara yang kuat, tempat kita berlindung. Kasih Allah yang ada di dalam kita membuat kita cakap menanggung segala perkara, membuat kita mampu menyerap dan menanggung beban yang tidak seharusnya kita tanggung.
Kasih bukanlah perasaan (feeling/mood), self pity/mengasihani diri untuk memuaskan hawa nafsu ataupun kompromi. Kasih itu menegur, mendidik, menguatkan, memerdekakan, memulihkan dan menyelamatkan kita.

Orang yang tinggal dalam kasih pasti mengalami pendewasaan rohani di mana setiap masalah/tantangan, setiap ketidaksempurnaan dan kelemahan Tuhan pakai guna memperlebar kapasitas kasih kita untuk belajar mengasihi Tuhan dan mengasihi satu dengan yang lain.
Kapasitas kasih yang diperlebar akan membuat hidup menjadi produktif, apa saja yang kita kerjakan dibuat Tuhan berhasil sehingga menjadi berkat bagi orang lain dan diri sendiri, yang sulit akan terasa mudah karena dilakukan dengan kerelaan hati yang membawa sukacita.
Oleh sebab itu “lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!” (1 Korintus 16:14).

Setelah menyelidiki banyak hal, Salomo dalam kitab Pengkhotbah akhirnya menyimpulkan bahwa segala sesuatu di luar Allah (di luar kasih dan kebenaran) adalah kesia-siaan.

Karena itu, “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” (Kolose 2:7)

Sesungguhnya kita tidak akan pernah kekurangan segala yang baik karena kasih Allah adalah menara yang kuat menopang hidup kita, kasih-Nya selalu baru setiap hari. Kita yang harus memutuskan untuk tinggal dalam kasih-Nya agar dapat menikmati semua yang telah Allah sediakan untuk kebaikan kita karena Allah adalah kasih.

image source: https://www.amazon.com/30-John-Believes-Everlasting-Scripture/dp/B00JPIW7W2