“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas,
yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.”
2 Timotius 1:5
Timotius adalah salah seorang anak rohani dari Rasul Paulus. Dia berasal dari Listra dan mungkin ia diselamatkan dalam misi Paulus yang pertama (Kis 14:19-20; 16:1-2).
Ibunya Eunike, dan neneknya Lois adalah perempuan-perempuan Yahudi yang saleh, tetapi ayahnya adalah orang Gerika/Yunani. (Kis 16:1-2; 2 Tim 1:5)
Paulus menghargai Timotius sebagai anaknya sendiri dalam iman. (1 Tim 1:2; 2 Tim 1:2)
Bagaimana generasi muda seperti Timotius dapat dipakai Tuhan Yesus dengan luar biasa?
1. Timotius Menerima Warisan Iman Orang Tua nya.
Dalam ayat bacaan kita diatas Paulus memuji iman yang tulus dari Timotius. Ini merupakan kualitas iman yang luar biasa. Dan iman yang tulus ini pertama-tama hidup dalam neneknya Lois, kemudian hidup dalam ibunya Eunike dan kemudian hidup dalam diri Timotius.
Di sini terlihat bahwa ada iman yang ‘terimpartasikan’; dan ada iman yang ‘menurun’ dari nenek ke ibu setelah itu kepada Timotius.
• Yang dimaksud dengan ‘terimpartasi’ adalah menerima melalui penumpangan tangan.
• Dan iman yang ‘menurun’ bukan selalu karena faktor genetika, melainkan ada sebuah proses pembelajaran, di mana generasi yang sebelumnya memberikan teladan, mendidik dan memberikan pengajaran melalui praktek hidup sehari-hari.
Sekalipun ada sebuah survei menyatakan bahwa jika ayah dan ibu beriman maka keturunannya pasti beriman, namun dalam hidup Timotius kita dapat melihat bahwa sekalipun hanya sang ibu dan neneknya yang membimbing iman nya. Iman seorang ibu sungguh-sungguh mampu membentuk dan membuat Timotius menjadi orang beriman.
Ini menjadi pesan yang khusus bagi para ibu tunggal (single-mother) yang mendidik anak-anaknya seorang diri.
Mungkin karena:
• Suami sudah meninggal atau berpisah karena Anda memutuskan percaya kepada Yesus,
• Atau pada saat memutuskan untuk bercerai Anda belum menjadi orang percaya.
Jangan kuatir!
Sebab dengan ketekunan, kegigihan, keteladanan dengan pertolongan Roh Kudus, Ibu-ibu bisa mendidik anak-anak untuk menjadi orang yang beriman.
2. Timotius Menerima Warisan Iman Orang Tua Rohaninya
Pada umumnya iman terbentuk di dalam rumah atau dari keluarga, sebagaimana tertulis dalam beberapa ayat dalam Alkitab:
“Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu
dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu,
apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu
dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu
dan pada pintu gerbangmu.” (Ul 6:6-9)
“Karena ketika aku masih tinggal di rumah ayahku sebagai anak,
lemah dan sebagai anak tunggal bagi ibuku, aku diajari ayahku,
katanya kepadaku: “Biarlah hatimu memegang perkataanku;
berpeganglah pada petunjuk-petunjukku, maka engkau akan hidup.”
(Ams 4:3-4)
Namun ketika seorang percaya memasuki dunia pelayanan, dia akan bertemu dengan seorang bapak atau ibu rohani yang akan mendidik, mementori serta mewariskan iman melalui keteladanan hidup; baik dalam hidup kesehariannya sebagai seorang pelayan Tuhan, maupun didalam melayani pekerjaan Tuhan.
Demikian juga dengan Timotius, setelah Timotius disunat (bukan sebagai bagian dari syarat keselamatan, melainkan agar Timotius dapat diterima dikalangan orang Yahudi, mengingat Timotius adalah seorang Yunani), Paulus meminta Timotius untuk menemani dia melanjutkan perjalanan misi yang kedua bersama dengan Silas. (Kis 15:36-41)
Sepanjang perjalanan, Paulus melatih Timotius untuk melakukan pekerjaan pelayanan; sesuai dengan yang sudah dinyatakan kepada Paulus bahwa Timotius akan ditetapkan menjadi seorang pelayan Injil. (1 Tim 1:18-19; 4:14; 2 Tim 4:1-5; 6)
Kita melihat kelanjutan perjalanan mereka melewati banyak wilayah di sekitar Laut Mediterania sebagaimana yang tercatat dalam surat-surat Lukas, Paulus, dan Timotius yang dikirimkan kepada orang-orang percaya yang menjadi teman mereka di:
• Atena (Kis 17:15);
• Korintus (1 Kor 4:17; 2 Kor 1:19);
• Filipi (Flp 1:1; 2:19);
• Kolose (Kol 1:1);
• Tesalonika (1 Tes 1:1; 3:1-10; 2 Tes 1:1) dan
• Efesus (1 Tim 1:1-3),
dan di tempat-tempat lain.
Kemudian Timotius ditahbiskan oleh Paulus sebagai pemimpin jemaat di Efesus pada tahun 65AD. Di sanalah Timotius menerima 2 kali kiriman surat dari Paulus. (I dan II Timotius)
Oma Lois, Mama Eunika dan Bapak rohani Paulus memberikan kontribusi penting dalam kehidupan iman, kerohanian dan pelayanan Timotius. Mereka adalah pribadi-pribadi yang mewariskan iman kepada generasi penerus. Dengan cara menabur benih Ilahi, menyirami dan merawati sampai Timotius bertumbuh dewasa. Dari benih Ilahi menurunkan keturunan Ilahi.
“Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab Benih Ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.” 1 Yohanes 3:9.
Benih Ilahi tersebut diawali dengan iman percaya dan dilanjutkan dengan pengenalan akan Kristus Yesus, Benih kebenaran yang hidup, yaitu suatu struktur kesadaran (frame of mind) yang menimbulkan keberanian bagi orang percaya untuk percaya dan menolak segala keinginan dosa. Benih Ilahi ini (seed of righteousness) akan membuahkan hidup kudus, hidup benar dan hidup sesuai dengan kehendak Allah dan tidak dapat berbuat dosa.
Paulus menulis, “Dengan teguh berpegang pada kebenaran di dalam kasih, orang percaya bertumbuh dalam segala hal ke arah Dia, atau Kristus,” Efesus 4:15. Kearah Dia atau Kristus, artinya terbentuk “kepribadian Yesus” di dalam diri orang percaya tsb.
“Sehingga dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” Setiap pohon yang baik berasal dari benih yang baik dan akan menghasilkan buah yang baik. Sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (Matius 7:16a & 17) Orang kristen dapat merasakan betapa indah kerja Roh Kudus dalam kehidupannya yang menumbuhkan benih Ilahi dan berbuah kebenaran dan kekudusan. Buah ini mencakup Sembilan buah Roh Kudus dalam Galatia 5:22 & 23a, yaitu “Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan dan penguasaan diri.”
Apa yang mereka (Lois, Eunike dan Rasul Paulus) lakukan sudah sepatutnya kita teladani, agar kita semua sungguh-sungguh memberikan warisan pada anak-anak kita (generasi penerus) yang jauh lebih berharga daripada sekedar harta, yakni Iman dan keteladanan dalam mengiring Tuhan Yesus. Amin
image source: https://bibleversestogo.com/products/2-timothy-1-5-mothers-faith