“Setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku dan melaksanakannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”
Matius 7:24-27
Saat ini ada badai yang kita semua hadapi yakni Virus Corona yang disebut WHO COVID-19 , berasal dari “Co” singkatan dari Corona, “Vi” singkatan dari Virus, sedangkan “d” singkatan dari Disease. Sementara “19” adalah untuk tahun 2019 karena wabah pertama kali diidentifikasi pada tanggal 31 Desember 2019 oleh WHO (World Health Organization/Badan kesehatan dunia).
Hari-hari terakhir ini banyak orang mengalami kekuatiran dan ketakutan, media massa yang membesarkan masalah, keluarga dan kenalan tiba-tiba meninggal sehingga banyak orang terkejut dan tidak sedikit yang panik.
Bagaimanakah sikap kita terhadap wabah ini? Alkitab menggambarkan melalui pengajaran Yesus kisah membangun rumah di atas dua macam dasar yang berbeda, serta angin dan banjir yang melandanya. (Matius 7:24-27)
Mengapa Yesus melukiskan melalui rumah?
Rumah adalah sesuatu yang penting, bukan hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga tempat pembentukan, pembelajaran yang pertama bagi setiap pribadi yang lahir ke dalam dunia ini. Dan juga sebagai tempat yang pertama dalam menaburkan nilai-nilai kebenaran. Seseorang sebagaimana dia ada saat ini, tidak dapat dilepaskan dari bagaimana ia dibesarkan dan dididik di dalam rumahnya.
Rumah di samakan dengan hidup seseorang. Fondasi/dasar bangunan adalah juga dasar/prinsip hidup seseorang. Dalam nats di atas digambarkan dua orang yang sama-sama membangun rumah. Yang satu membangun di atas dasar batu, sedangkan yang lain membangun di atas pasir. Kemudian mereka mengalami hal yang sama, yakni datanglah hujan, banjir, lalu angin melanda rumah itu. Perbedaannya terlihat pada saat badai datang. Rumah yang dibangun di atas batu tetap tegar, tetapi yang dibangun di atas pasir rubuh dan hebatlah kerusakannya.
Semua manusia memiliki hidup yang sama yang terdiri dari waktu dan kesempatan. Bagaimana kita mengisi waktu kita dan apa yang kita lakukan dengan kesempatan yang membangunkan kita setiap hari. Ada yang mau hidup bijak dan ada yang masa bodoh. Ketika tidak ada badai kelihatan rumah nya sama tetapi ketika ada badai, nampaklah kualitas bangunannya. Demikian juga hidup manusia bagaimana Cara menjalani hidup menentukan kualitas kehidupan seseorang.
· Setiap orang yang mendengar Firman Allah dan melakukannya, digambarkan seperti orang yang membangun rumah di atas batu dan orang ini disebut sebagai orang yang bijaksana.
· Tetapi yang mendengar Firman Allah, tetapi tidak melakukannya, digambarkan dengan orang yang membangun rumah di atas pasir, mereka disebut sebagai orang bodoh.
Bagaimana dengan ‘rumah’ yang sedang kita bangun selama ini, apakah di atas batu atau pasir?
Prinsip penting dalam nats ini adalah melakukan Firman Allah. Bukan seberapa banyak mengetahui atau mempelajari Firman Allah. Seseorang yang mengetahui dan mempelajari banyak Firman Allah belum tentu melakukannya.
Kata ‘hujan’, ‘banjir’, dalam nats ini melukiskan tentang masalah, persoalan, kesulitan yang sedang terjadi. Virus Corona yang melanda dunia saat ini, merupakan badai masalah global yang telah menjadi pandemi.
Bagaimana dengan “rumah” yang kita bangun selama ini? Semoga kita membangunnya di atas Firman dengan melakukannya. Bila kita menghadapi hidup dengan ignorant (masa bodoh) arrogant (kesombongan), stubborn (keras kepala) atau fear (ketakutan) maka kita pasti tidak dapat bertahan pada saat goncangan datang seperti covid ini seperti hujan, badai, banjir, angina datang.
Setiap orang yang mendengar Firman Allah dan melakukannya, mereka jugalah yang disebut membangun rumah di atas batu. Bagaimana hal ini diterapkan dalam keluarga?
Selama ini kesibukan sering menyita waktu dalam keluarga, sehingga waktu bersama keluarga sangat minim. Tetapi saat “lockdown” ini, merupakan waktu yang penting, ada banyak waktu di rumah.
Apa artinya menjadi pelaku Firman?
· Seorang suami/bapa sebagai kepala keluarga hari-hari ini dituntut untuk melakukan perannya sebagai imam, nabi dan kepala bagi keluarganya, memimpin ibadah bersama istri dan anak. Mengasihi istri, seperti Kristus mengasihi jemaat, menjadi figur teladan, mentor bagi anak. Saat seorang ayah memimpin mezbah keluarga, saat itu ia sedang menegakkan otoritasnya sebagai seorang imam untuk keluarganya. (Efesus 5:25)
· Bagi seorang istri/ibu, hari-hari seperti ini merupakan waktu untuk merenungkan perannya selama ini, apakah telah dijalankan secara maksimal sebagai ibu bagi anak-anaknya dan penolong, pendamping, penghibur/penopang bagi suami nya.
· Bagi seorang seorang anak, ini adalah waktu untuk melakukan introspeksi; apakah sopan dan menghormati orang tua kita selama ini dengan berterima kasih atas pengorbanan dan kasih mereka.
Adanya banyak waktu untuk berada di rumah akan merupakan saat yang indah bila hubungan dalam keluarga selama ini baik. Tetapi justru merupakan pergumulan berat, apabila hubungan satu dengan yang lain tidak rukun atau sedang bermasalah.
Melakukan Firman merupakan cara untuk menyelesaikan masalah, merendahkan diri satu dengan yang lain dan meminta maaf dan saling mengampuni. (Matius 6:14-15).
Melalui kebersamaan saat ini, merupakan waktu yang indah untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam kelurga.
Saat ini merupakan ‘Wake Up Call’ bagi semua orang khususnya dalam mengatur prioritas dan hubungan keluarga. Lakukan lah yang benar selagi masih ada kesempatan untuk membangun kembali dan menjalankan fungsi agar rencana Allah dinyatakan. Melalui mezbah keluarga, beribadah bersama dengan keluarga dirumah, mengundang hadirat Allah hadir dalam keluarga.
“Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai demgam rencana Allah”, (Roma 8:28). Kita berdoa agar wabah ini cepat berakhir, namun terus bangun benteng pertahanan rohani dengan memperkuat ibadah bersama keluarga.
Mari kita satukan tekad berdoa puasa bersama, minta belas kasihan Tuhan supaya mujizat terjadi, masa wabah ini di perpendek dan melalui goncangan ini penuaian jiwa-jiwa akan terjadi.
Firman Tuhan mengingatkan kita:
“Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka. (Matius 18:19)
image source:https://www.bible.com/bible/1/MAT.7.24.KJV