HADIRAT TUHAN DALAM KEHIDUPAN ORANG PERCAYA

Home / Devotional Blog / HADIRAT TUHAN DALAM KEHIDUPAN ORANG PERCAYA
HADIRAT  TUHAN   DALAM  KEHIDUPAN  ORANG  PERCAYA

Bangsa Israel dipanggil keluar dari Mesir dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah yang benar. Setelah mereka keluar dari Mesir, Tuhan Allah memerintahkan Musa untuk membangun Kemah Suci serta segala perabotnya sebagai tempat mereka beribadah agar Allah diam di tengah-tengah bangsa Israel (Keluaran 25:8-9).

Seperti kita ketahui, secara Kemah Suci/Tabernakel Musa terdiri dari 3 bagian : pelataran, ruang kudus dan ruang maha kudus. Di pelataran terdapat mezbah korban bakaran dan bejana pembasuhan. Di ruang kudus terdapat mezbah pembakaran ukupan, meja roti sajian serta kandil. Di dalam ruang maha kudus hanya terdapat Tabut Perjanjian. Antara ruang kudus dan maha kudus terdapat tirai pemisah, dan hanya Imam Besar saja yang boleh masuk ke ruang maha kudus, untuk mengadakan pendamaian bagi umat dan berbicara dengan Allah.

Setelah orang percaya dipanggil keluar dari perbudakan dosa/dunia (Mesir melambangkan dunia), maka ia telah dipisahkan dari dunia dan menjadi milik Kristus. Allah mau ber-Tabernakel di dalam diri orang percaya. Karya keselamatan Yesus Kristus menjadikan orang percaya sebagai Bait Suci di mana Roh Allah berdiam di dalam diri orang tersebut.
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, –dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6:19-20).

Dalam dimensi rohani, kita beribadah kepada Allah dengan cara yang sesuai dengan firman kebenaran. Perlu diingat bahwa kita beribadah kepada Allah bukan ketika di gereja saja, tetapi seluruh hidup kita sesungguhnya merupakan ibadah yang sejati kepada Allah.
Yesus Kristus adalah PINTU untuk menerima karya keselamatan dan masuk ke hadirat Allah (Yohanes 10:9).

1. Pelataran
– Mezbah korban bakaran : disebut Mezbah karena harus ada korban yang diletakkan.
“Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!” (Mazmur 100:4).

Kita masuk ke pelataran dengan sikap hati yang bersyukur dan merendah, membawa korban puji-pujian, korban waktu, korban finansial, mempersembahkan roh-jiwa-tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Memiliki hati yang senantiasa bersyukur merupakan hal yang sangat penting sekali, karena tanpa hati yang bersyukur sukar untuk masuk menghadap hadirat Allah. Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! (Mazmur 103:2). Ingatlah akan segala kebaikan yang Dia telah lakukan dalam hidup kita.
– Bejana pembasuhan : kita meminta pengampunan atas dosa dan segala bentuk kecemaran untuk dibasuh dengan Darah Yesus.

2. Ruang Kudus
– Kandil/pelita : melambangkan persekutuan dengan Roh Kudus.
– Mezbah pembakaran ukupan yang harus terus menyala di hadapan Allah : kehidupan doa, pujian dan penyembahan.
– Meja roti sajian : makanan rohani yaitu firman Tuhan (membaca, merenungkan, memperkatakan dan mengalami firman).

3. Ruang Maha Kudus
Tabut Perjanjian : melambangkan hadirat Allah. Yesus Kristus telah datang sebagai Imam Besar, telah melintasi kemah yang lebih besar dan sempurna, telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke tempat yang kudus dengan membawa darah-Nya sendiri (Ibrani 9:11-12).

Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:24).
Hadirat Allah ada dalam dimensi roh. Hanya dengan sikap hati yang penuh pujian penyembahan kita terhubung dengan hadirat Allah. Bila hanya menyanyi tanpa hati yang menghargai hadiratNya, maka hadirat Allah mundur dari orang tersebut.

Di dalam hadirat Allah :

– Kita akan memiliki pengenalan yang benar akan Dia secara pribadi, bukan sekedar asumsi/ikut apa kata orang. Ada hubungan kasih dan komunikasi dua arah antara Allah dan kita.
– Tuhan menyingkapkan rahasia hatiNya kepada kita, sehingga apa yang kita lakukan bukan karena ikut-ikutan orang lain, bukan sekedar rutinitas atau pelayanan saja tetapi karena kita mengenal dan mengerti isi hatiNya.
– Mengalami hidup yang diubahkan, diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar (2 Korintus 3:18).
– Menerima rahmat dan kasih karunia serta pertolongan kita pada waktunya (Ibrani 4:16).

Hadirat Tuhan sangat penting untuk terus dijaga dan dipelihara karena akan membawa kita berjalan di dalam dimensi yang baru yaitu dimensi roh. Keadaan orang yang terus memelihara hadirat Tuhan dalam hidupnya :

1. Tinggal di dalam Kristus (baca Yoh. 15:4-7). Tinggal di dalam Kristus maksudnya ada :

• Connection. Seluruh aspek hidup kita terhubung dengan sumbernya, seperti ranting yang terhubung kepada pokok anggur.
• Dependence. Ranting sangat tergantung kepada pokok anggur, tetapi pokok anggur tidak tergantung kepada ranting. Tanpa pokok anggur, ranting menjadi tidak berguna (useless), tidak ada kehidupan (lifeless) dan tidak berdaya (powerless). Di luar Kristus, kita tidak dapat berbuat apa-apa.
• Continuance. To abide is to continue, to stay, to remain. Apapun yang terjadi memilih untuk tetap percaya sampai garis akhir, tetap bergantung, tetap melakukan firman dan memegang teguh janjiNya.

2. Hati semakin melekat kepada Tuhan.

Hati yang melekat kepada Tuhan pasti melakukan Perintah Agung (Matius 22:37-40). Hati yang mengasihi Tuhan motivasinya hanya rindu menyenangkan DIA serta tidak mau menyalahgunakan kepercayaan, karunia dan talenta demi melakukan agenda pribadi. Suka cita yang berlimpah serta kekuatan kita dapatkan di dalam hadiratNya (Mazmur 16:11; Nehemia 8:11) Sukacita Allah yang menjadi kekuatan kita membuat kita jadi pemenang dalam segala perkara. Perlindungan (Mazmur 91:14-16), pertolongan serta penyediaan Tuhan terjamin (Yohanes 15:7) atas mereka yang melekat kepadaNya.

3. Kematian kedagingan, hidup dalam pertobatan serta rela menyerahkan kehendak bebas.

“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mazmur 51:19).

Jiwa yang hancur berbicara tentang merendahkan diri di hadapan Allah, berdoa, mencari wajah Tuhan lalu berbalik dari jalan yang salah/jahat (hidup dalam pertobatan).
Ketika bangsa Israel mempersembahkan daging korban bakaran, maka api Tuhan menyambar habis korban bakaran (1 Raja-Raja 18:38) dan kemuliaan Tuhan turun memenuhi Bait SuciNya (2 Tawarikh 7:1). Demikian juga karena hubungan kasih antara Allah dengan umat pilihanNya, hadirat Tuhan akan membakar habis setiap kedagingan. Allah itu kudus, dan Dia tidak bisa bersatu dengan dosa dan kecemaran. Kita dikuduskan karena Dia rindu bersekutu dengan orang-orang yang dikasihiNya. Kuduslah kamu sebab Aku kudus (1 Petrus 1:16).

Jika kita hidup oleh Roh, maka kita tidak akan menuruti keinginan daging. Dengan demikian kita semakin mudah untuk taat dalam mengikuti pimpinan Roh Allah. Kapasitas kita akan semakin diperbesar untuk dapat dipercaya melakukan tugas dan tanggung jawab yang lebih lagi.
Hanya di dalam hadirat Tuhan kita diberikan roh yang rela memakai kehendak bebas kita untuk melakukan kehendak Allah.

4. Urapan.

Urapan kadang dianggap sama dengan hadirat Tuhan. Berikut perbedaan Dasar Urapan dengan hadirat Tuhan. Urapan adalah kemampuan supernatural (kuasa Roh Allah) yang Tuhan beri dengan tujuan untuk melakukan tugas dan kehendakNya.
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Lukas 4:18-19).

Hadirat Tuhan adalah sesuatu yang di kehendaki dan dirindukan seseorang untuk terus dekat/intim dengan Tuhan. Hadirat Tuhan berbicara tentang Penyertaan Tuhan berdasarkan hubungan kasih.
Bila hadirat Tuhan terus dijaga, maka urapan juga terus mengalir. Alkitab mencatat sebagai contoh yaitu raja Saul, yang tetap dapat menang dalam peperangan walaupun Allah tidak lagi menyertai dia. Roh Tuhan telah mundur dan kasih setia Tuhan telah hilang dalam hidupnya (2 Samuel 7:15). Alkitab tidak mencatat tentang bagaimana hubungan keintiman Saul dengan Allah secara pribadi. Saul menanyakan kehendak Allah hanya untuk tugas-tugas negara saja. Tidak seperti Daud, yang selalu membawa hadirat Allah dalam hidupnya karena mengasihi Tuhan dan rindu intim secara pribadi (1 Samuel 18:12).

Belajar dari raja Daud yang terus memelihara hadirat Tuhan sejak dia masih menggembalakan kambing domba yang cuma 2-3 ekor. Kerinduannya akan Tuhan tetap tidak berubah dengan bertambahnya kesibukan urusan kenegaraan ataupun menangani berbagai masalah dalam keluarga besarnya. Bagi Daud tidak ada hal apapun yang dapat menggeser kedudukan Tuhan dalam hidupnya, karena Daud mengalami penyertaan Tuhan secara nyata di dalam hidupnya- baik dalam perkara kecil maupun besar. Hadirat Tuhan termanifestasi dalam hidup Daud antara lain dia teguh dalam iman, tidak takut kepada musuh, selalu berhasil dalam apa yang dikerjakan, hati yang rela dibentuk lewat teguran dan sebagainya.

Kalau Alkitab telah mencatat semua hal baik dan dahsyat akibat penyertaan hadirat Tuhan, bagaimana dengan hidup kita? Apakah kesibukan, harta, pencapaian, pekerjaan, orang lain, kekhawatiran, ketakutan bahkan pelayanan yang menjadi prioritas utama dalam hidup kita ?

Marilah kita lebih sungguh-sungguh menyediakan waktu rindu akan Tuhan bukan hanya sekedar rutinitas berdoa dan baca firman atau sekedar menyanyi/melayani tetapi benar-benar mengarahkan seluruh hati dan jiwa untuk menyembah Dia, untuk mendengar suaraNya serta mengikuti tuntunanNya.

Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! (Mazmur 105:4)
Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. (Yakobus 4:8)

image source:https://dailyverse.knowing-jesus.com/james-4-8