A MORE EXCELLENT SACRIFICE

Home / Devotional Blog / A MORE EXCELLENT SACRIFICE
A  MORE  EXCELLENT  SACRIFICE

Perikop ayat bacaan : Ibrani 11:1-4

“Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah
korban yang lebih baik dari pada korban Kain.
Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati”. (Ibrani 11:4)

Pesan Tuhan bulan ini adalah tentang excellent sacrifice. Banyak dari kita yang mungkin selama ini sudah berjerih lelah/berkorban bagi Tuhan, melayani pekerjaan Nya, baik di dalam pelayanan di gereja, di Cool maupun melayani orang-orang yang Tuhan tempatkan dalam hidup kita. Kita rindu jika apa yang kita lakukan itu akan menyenangkan Tuhan. Kali ini kita mau belajar tentang excellent sacrifice dari cara Habel mempersembahkan korban sehingga dikatakan bahwa Allah berkenan akan persembahannya.

Alkitab mencatat bahwa walaupun sama-sama mempersembahkan sesuatu kepada Allah, tetapi Habel telah mempersembahkan korban yang lebih baik dari pada korban Kain, kakaknya.
Mengapa Allah berkenan akan persembahan Habel dan bukan akan persembahan Kain?

1. Persembahan Habel lahir dari iman.

Habel mengerti bahwa Allah yang disembahnya adalah Pribadi yang patut mendapat hormat dan persembahan yang terbaik karena Dia adalah Allah yang berkuasa dan berdaulat atas hidupnya. Habel mempersembahkan korban karena iman sementara Kain tidak. Jadi apapun yang kita persembahkan/perbuat harus dilakukan dengan iman karena tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibrani 11:6a).
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Iman akan sanggup mempercayai segala sesuatu yang tidak/belum kelihatan tetapi sudah disediakan oleh Allah, yang DIA sendiri akan menggenapinya menurut cara, waktu dan kehendakNya. Kristus Yesus adalah dasar yang kuat dari iman kita. Dunia sarat dengan ketidakpastian, perubahan dan guncangan; tetapi Kerajaan Allah tidak akan pernah terguncangkan oleh ketidakpastian dan perubahan apapun. Langit bumi akan berlalu tetapi firman Allah (sebagai dasar iman kita) akan tinggal tetap.
Tanpa iman bukan saja seseorang menjadi tidak berkenan di hadapan Allah, tetapi bahkan apa saja yang tidak berdasarkan iman adalah dosa (baca Roma 14:23b). Jadi perbuatan baikpun jika dilakukan tanpa iman adalah dosa. Atas dasar ini, maka kebenaran mengajarkan bahwa tidak seorangpun dapat diselamatkan dengan perbuatan baiknya. Tidak seorangpun dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman karena kasih karunia di dalam Yesus Kristus. Lakukanlah segala sesuatu seperti untuk Tuhan, karena dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payah kita tidak akan sia-sia.

2. Habel senantiasa hidup di dalam kerendahan hati dan pertobatan.

Kain dan Habel telah belajar dari orang tuanya bahwa Allah menyembelih domba serta menggunakan kulitnya untuk menutupi ketelanjangan ayah dan ibunya (Adam dan Hawa) pada waktu mereka jatuh ke dalam dosa. Mereka mengerti bahwa harus ada darah yang ditumpahkan (sebagai ganti nyawa orang tersebut) sebagai korban karena dosa. Akan tetapi hanya Habel yang meresponi kebenaran ini, oleh sebab itu Habel dibenarkan karena iman di mana dia percaya kepada Allah dan melakukan kehendakNya (Matius 23:35). Habel mempersembahkan domba yang darahnya harus dicurahkan sebagai korban karena dosa-dosanya. Sebaliknya Kain menganggap ringan soal korban persembahan kepada Tuhan. Apa yang telah diketahui dari orang tuanya mengenai kehendak Allah tidak dilakukannya. Dia mempersembahkan yang sekedar saja, yaitu sebagian dari hasil tanah garapannya kepada Allah.

” bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar ” (1 Yohanes 3:12).

Bukan setelah Kain membunuh Habel maka ia baru dikatakan jahat, tetapi karena Kain berhati jahat maka ia membunuh Habel. Jadi Kain memang berhati jahat sebelum ia membunuh adiknya. Berarti pada saat ia melakukan ibadahnya dengan memberikan persembahan kepada Allah, hatinya memang jahat dan tidak ada pertobatan. Kejahatannya lalu membuahkan kemarahan ketika persembahannya ditolak oleh Tuhan (Kejadian 4:4-5). Korban orang fasik adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi doa orang jujur dikenanNya (Amsal 15:8). Jadi jika kita beribadah kepada Tuhan hanya sebatas kegiatan agamawi atau karena motivasi lain yang tidak berdasarkan iman, maka ibadah atau persembahan kita tidak berkenan di hadapan Allah (Yesaya 1:10-13).

3. Habel mempersembahkan yang terbaik atas dasar kasih.

Persembahan yang terbaik dalam iman Habel adalah mempersembahkan diri/nyawanya sendiri, yang dilambangkan dengan penumpahan darah (nyawa setiap mahluk ada di dalam darahnya, Imamat 17:11). Habel mempersembahkan anak sulung dari kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya. Domba sulung merupakan domba yang dirawat dengan seksama sehingga menjadi gemuk. Domba sulung disebut sebagai yang terbaik karena dapat menghasilkan anak-anak domba yang banyak nantinya. Habel menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama sehingga dia berani berkorban sedemikian rupa walaupun beresiko. Habel tidak takut kekurangan ternak karena dia mengerti segala sesuatu berasal dari Allah dan Dia layak dihormati dengan apa yang ada padanya. Habel memegang teguh janji-janji Allah yang akan menyediakan segala yang dia perlukan. Iman yang demikian lahir dari pengenalan Habel akan Allah sehingga dia berkomitmen/mengambil ketetapan hati untuk memberikan persembahan atas dasar kasih karena tanpa hati yang mengasihi, tidak mungkin Habel dapat memberikan korban yang terbaik bagi Allah.

” Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran “. (Hosea 6:6).

Apa yang kita persembahkan kepada Tuhan ?

1. Roh, jiwa dan tubuh, sebab kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar : Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu (1 Korintus 6:20).

“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1).
Mempersembahkan tubuh artinya : mendedikasikan seluruh roh (hati), jiwa (pikiran, perasaan, kehendak) dan tubuh fisik kita.
Sebagai persembahan yang hidup artinya : keadaan rohani kita dikatakan hidup jika selalu terhubung dengan aliran air sumber kehidupan yaitu menjaga keintiman dengan Roh Kudus dan firman (memiliki kehidupan doa, pujian, penyembahan dan merenungkan firman).

2. Treasure, Time, Talent (3T).

Karena iman kita mengerti bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari Tuhan. Ketika kita mempersembahkan roh, jiwa dan tubuh dan hidup dalam pimpinan Roh Kudus, maka kita dimampukan untuk mengelola semua yang Tuhan percayakan dalam hidup kita dengan efisien-efektif sesuai dengan nilai-nilai kebenaran untuk keuntungan Kerajaan Allah serta kemuliaan bagi namaNya. Harta milik, waktu/kesempatan dan talenta/karunia kita dipergunakan dalam pimpinan Roh Kudus.

3. Menyerahkan kehendak bebas kita kepada Tuhan, untuk melayani kehendak dan rencanaNya atas hidup kita.

Kita menempatkan agenda hidup di dalam kehendak dan rencana Tuhan. Segala rencana, harapan, keinginan/cita-cita pribadi diserahkan kepada Tuhan untuk menggenapi apa yang sudah Tuhan tetapkan tentang kita. Semuanya itu kita lakukan dengan iman di dalam Kristus Yesus, dengan kerendahan hati dan kekudusan serta memberikan yang terbaik sebagai excellent sacrifice dengan dasar kasih (mengasihi Allah dan sesama).

4. Jiwa-jiwa

Amanat Agung Tuhan Yesus (Matius 28:19-20) harus sungguh-sungguh kita lakukan menjelang kedatanganNya yang ke dua kali. Kita melakukan bagian kita menjadi terang dan garam, menjadi saksi Kristus di manapun kita berada dan memberitakan Injil Kerajaan Allah melalui dukungan doa (dalam doa pujian penyembahan), dana, waktu dan tenaga untuk menopang pelayanan misi.

Excellent sacrifice bukan berarti kita harus hidup miskin, penuh penderitaan, serba berkekurangan ataupun menjadi begitu sibuk. Tuhan Yesus datang untuk memberikan kita hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Anak-anak Tuhan hidup dalam sumpah berkat Abraham, kehendak Allah bagi anak-anakNya adalah kita diberkati untuk menjadi berkat. Tidak salah jika kita menikmati berkat Tuhan, tetapi tetap waspada agar hati kita tidak melekat kepada berkat itu sendiri, melainkan hanya kepada Allah, Sang Sumber berkat yang memang layak dipuji selama-lamanya.
Excellent sacrifice juga bukan supaya Tuhan lebih sayang kepada kita. Allah sudah terlebih dahulu mengasihi kita secara total dengan unconditional love bahkan ketika kita masih berdosa. “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” (1 Yohanes 4:10).

Excellent sacrifice kita lakukan karena :

– Tuhan Allah, The Creator God, berdaulat penuh atas hidup kita.
– Tuhan Allah layak mendapat segala hormat, pujian dan kemuliaan melalui hidup kita.
– agar kita bertumbuh dalam mengasihi Tuhan dan sesama.
“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. ” (Yohanes 14:15). Kedewasaan rohani seseorang akan dapat dilihat dari buah-buah kasih (seperti dalam Galatia 5:22 dan 1 Korintus 13) dalam hidupnya. Semakin dalam pengenalan seseorang akan Tuhan, semakin dia disempurnakan oleh kasih Kristus. Kasih membuat seseorang sanggup melakukan excellent sacrifice, menyangkal diri, memikul salib, mengasihi orang lain bahkan mengasihi musuhnya serta bertekun sampai garis akhir dalam mengiring Tuhan.

Yang perlu kita ingat adalah jangan menjadi kecewa, bersungut-sungut, kepahitan dan menjauhkan diri dari kasih karunia jika kita sudah melakukan excellent sacrifice tetapi tidak diingat/tidak dihargai karena memang kita melakukannya hanya untuk Tuhan. Justru kita harus berbahagia jika kita menderita karena melakukan kebenaran karena besar upah yang menanti. Taburlah perkara-perkara yang memiliki nilai-nilai kekekalan) karena dengan iman kita mengerti bahwa kita sedang mengumpulkan harta di surga di mana ngengat, karat dan pencuri tidak bisa merusak dan mencurinya. Dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payah kita tidak sia-sia, Amen.

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Roma 11:36).

image source:http://delivertheword.com/maderealbyfaith/evidences/