Tanggal 30 September 2019 yang lalu kita memasuki tahun Ibrani yang baru, yaitu 5780. Kebiasaan orang Yahudi hanya menyebutkan tahun hanya dengan 2 (dua) angka dibelakangnya, sehingga tahun 5780 disebut sebagai tahun “80” atau “Pey”. Huruf, “Pey” juga digambarkan sebagai “mulut”. Mulut artinya kita harus memperhatikan apa yang kita ucapkan.
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” Yesaya 55:8-9
“Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” Yesaya 50:4
Sama seperti ayat diatas, Amanat Agung Tuhan Yesus yang tercantum di Matius 28:19-20 pun mencantumkan sesuatu tentang “murid”. Dari semua ayat-ayat tersebut kita mendapatkan ada 3 (tiga) hal yang harus kita perhatikan tentang hubungan “murid” dan “mulut”:
1. Jaga perkataan karena kita adalah murid Kristus.
Seorang murid adalah seseorang yang meneruskan apa yang telah ia terima dari gurunya; apa yang lihat, rasakan, pelajari dan dengar dari sang guru. Apa yang kita ucapkan -termasuk yang kita tulis di medsos, aplikasi chatting dll. – adalah gambaran kedewasaan kita dan bahkan siapa guru kita. Jika kita sebagai murid Kristus tidak menjaga apa yang kita ucapkan atau tuliskan dengan baik, maka bukan hanya diri kita saja yang mendapatkan penilaian buruk, tetapi juga Kristus yang adalah Tuhan dan Guru kita. Jika kita sebagai murid Kristus tidak menjaga perkataan kita lalu bagaimana terutama orang-orang yang belum mengenal Kristus bisa mau mengenali Dia? Jika demikian bukankah kita jadinya sulit menjalankan Amanat Agung?
Berita Kabar Baik atau Injil, adalah suatu berita yang luar biasa. Manusia yang berdosa dapat diampuni dosanya dan mendapat hidup baru oleh karena anugrah Yesus Kristus. Itulah berita utama yang kita dapat/dengar dari Tuhan dan yang Ia taruhkan pada mulut kita (perhatikan Yes 50:4 dan Efesus 4:29). Itulah juga yang kita teruskan sebagai berita penginjilan kita.
Jangan sampai karena perkataan atau tulisan kita, status kita sebagai murid Kristus jadi “dipertanyakan” dan malah menjadi penghalang bagi jiwa-jiwa datang kepada Kristus.
2. Pikirkan terlebih dahulu sebelum berkata-kata (atau menulis).
Amsal 10:8 berkata: “Siapa bijak hati, memperhatikan perintah-perintah, tetapi siapa bodoh bicaranya, akan jatuh.” Sebagai seorang murid Kristus, kita di minta untuk memikirkan kata-kata yang mau kita ucapkan, terutama jika ingin meresponi hal-hal yang penting. Seorang murid Kristus hendak bijak dengan mempertimbangkan kata-kata atau tulisan yang hendak diutarakan dengan memeriksanya dengan firman Tuhan; apakah sesuai dengan yang Dia inginkan atau tidak.
Matius 12:36-37 jelas berkata: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” Kata-kata sia-sia yang kita ucapkan atau tuliskan pada akhirnya harus kita pertanggungjawabkan. Ayat yang kita sebelum ini memang dengan gamblang bicara tentang hari penghakiman, tetapi ini juga menyiratkan bahwa apapun kita ucapkan harus bisa kita pertanggungjawabkan di bumi, karena kalau tidak kita akan “dihakimi” oleh orang lain. Orang bisa makin dekat dengan kita atau menjauh bahkan memusuhi karena apa yang kita ucapkan/tulisan. Walaupun yang engkau ucapkan mungkin benar, namun pikirkan juga dengan bijak cara penyampaiannya. Bayangkan kalau hal serupa sekarang diperkatakan kepadamu, apakah engkau bisa menerimanya?
3. Perkatakanlah perkataan yang benar.
Satu hal yang kita pegang adalah kita tidak kompromi terhadap kebenaran. Betul kita harus dengan bijak memperhatikan cara penyampaian, tetapi bukan berarti kita kompromi terhadap hal-hal yang tidak benar menurut Firman. Apa yang salah dan dosa harus dinyatakan sebagai hal yang salah dan dosa.. Orang mungkin akan “shock” atau marah ketika pertama kali mendengarnya, tetapi itu akan membuka jalan baginya untuk mengerti kesalahannya dan Roh Kudus menuntunnya pada pertobatan dan pemulihan. Ingatlah, pertobatan terjadi ketika seseorang sadar betapa buruknya konsekuensi dosa dan pelanggaran yang ia buat.
Paulus sendiri memohon dukungan doa agar ia selalu berani memperkatakan kebenaran. Efesus 6:18b-20, “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.”
Jangan takut untuk memperkatakan kebenaran. Itulah sebabnya Roh Kudus dicurahkan agar kita memiliki kuasa untuk menjadi saksi Kristus dan kebenarannya. Ditengah-tengah pandangan dunia hari-hari ini dimana segala sesuatu harus “politically correct” yang malah membungkam kebenaran, kita harus dengan keberanian kudus dari Roh Kudus untuk memperkatakan kebenaran.
Memasuki tahun yang baru tahun 5780, kita harus naik level; Kita harus menyadari kalau standard Tuhan itu lebih tinggi dari standard dunia. Fungsi murid Kristus adalah menjadi garam dan terang bagi dunia. Untuk menjalankan fungsi ini seorang murid tidak bisa “kompromi” dengan dunia, namun di bentuk untuk menjadi sama seperti Kristus. Menjadi lebih unggul dari segi integritas dan karakter dan hidup sebagai teladan/panutan.
Manusia bisa mengukur jarak dari bumi ke bulan, mengukur bumi ke matahari, tetapi manusia tidak bisa mengukur betapa tingginya langit dari bumi, karena di luar planet bumi masih ada galaksi, dan di luar galaksi kita masih ada galaksi-galaksi lain, berarti tingginya jalan Tuhan tak terukur oleh manusia.
Manusia di dunia menawarkan yang namanya agama, karena Tuhan sudah meletakkan dalam hati manusia kebutuhan untuk percaya kepada sesuatu yang lebih tinggi (higher being). Sesuatu yang lebih tinggi dari manusia itu ada dua, yaitu malaikat dan Tuhan, dan orang-orang yang tidak mau mengakui Tuhan, mereka percaya kepada higher being yang lain, yaitu malaikat. Malaikat yang jatuh jadi Satan senantiasa menipu dan membinasakan umat manusia dengan kesombongannya.
Yesus yang adalah Tuhan rela mati untuk manusia, ini sangat tidak masuk akal pikiran manusia, Sebagai manusia yang diberi kasih karunia ini mencoba mengikut Tuhan dengan cara manusia sendiri. Ada yang membuat agama dengan doktrin manusia atau kepercayaan-kepercayaan yang ada benarnya namun lebih banyak “ngawur”nya. Hanya Roh Kudus yang membuat kita mengerti jalan dan pikirannya Tuhan, Dia ada di dalam Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Yosua, Daud, Yusuf dan Maria, dan Dia ada di dalam kehidupan saudara dan saya. Roh Kudus itu adalah Penolong kita yang baik.
Di dalam perjalanan kita mengikut Yesus di dunia, kita bisa berhasil menang melawan tipu muslihat Iblis dengan kekuatan Roh Kudus, karena mereka lebih tinggi (higher being). Kalau kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat maka kita diangkat sebagai anak Allah, secara fisik lebih rendah dari malaikat namun secara rohani dengan otoritas anak Allah dapat memerintah malaikat. Jadi kalau kita menjadi orang Kristen dan tidak di muridkan untuk hidup seperti Yesus betapa malangnya hidup kita,
Tuhan menciptakan Adam dan Hawa itu untuk bekerja tetapi sejak manusia jatuh dalam dosa, mereka bekerja dan mengandalkan kekuatan sendiri dan mengira bahwa pekerjaan itu yang membuat mereka bertahan dalam hidup. Kita diberikan karunia dan talenta oleh Tuhan untuk berkarya dan bekerja untuk sesama bukan untuk diri sendiri. Kalau kita tidak mengerti kasih karunia Tuhan maka kita ikut Tuhan sia-sia tanpa arah dan tujuan.
Efesus 2:8-9, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Pada saat kita menerima Tuhan Yesus dan hidup dalam kasih karunia, dengan iman kita naik level, jadi kalau kita sudah naik level di sini jangan kembali lagi hidup tanpa iman. Jangan iri hati dengan kehidupan orang fasik tetapi biarlah mata kita tertuju kepada Yesus yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan.
Kita tidak mau kembali ke dunia dan di dalam dunia itu ada 3 hal yang terus menarik kita, yaitu keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup. Kalau sudah tahu kita lemah, jangan lagi main api di sana dan menghabiskan waktu kita untuk hal yang tidak membangun/tidak berguna.
Seringkali orang tua memberikan apa saja yang diminta oleh anaknya supaya anak tersebut mengasihi orangtuanya tetapi anak tersebut akan menjadi manja dan lemah karena semua permintaannya dipenuhi oleh orang tuanya.
Waktu kita minta sesuatu kepada Tuhan dan kita tidak memperolehnya maka kita bilang Tuhan jahat. Percayalah, Tuhan kita Tuhan yang baik. Selalu hidup intim dengan Tuhan. Jika tidak dibimbing oleh Roh Kudus maka kita akan menjadi lemah dan ‘merosot’ ke tempat yang nyaman (comfort zone).
Hati-hati karena selama kita hidup di dunia ini, kita berada di war zone, dunia ini adalah peperangan. Kita diutus Tuhan sebagai duta-duta Tuhan bukan untuk hidup nyaman tetapi untuk menjadi prajurit-prajurit dalam pertandingan iman.
Roma 4:19-21, “Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.”
Kalau Abraham dengan kekuatannya sendiri, ia tidak bisa karena ia hanya manusia biasa yang hidup di dunia, tetapi karena iman Abraham, ia naik standardnya ke atas, bukan dengan caranya sendiri tetapi dengan cara Tuhan. Ordinary man becomes extraordinary man. Terhadap janji Allah ia percaya dan dengan penuh keyakinan, kalau Allah yang berjanji, Dia juga yang akan menggenapinya.
Efesus 3:18-21, “Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.”
image source: https://www.pinterest.com/pin/489062840757482192/