BUILDING THE COMMUNITY OF LOVE

Home / Devotional Blog / BUILDING THE COMMUNITY OF LOVE
BUILDING THE COMMUNITY OF LOVE

“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” 1 Korintus 13:13
Saudara yang dikasihi Tuhan, Tema bulan ini adalah: “Building The Community of Love”. Di gereja kita setiap minggu, selain ibadah raya di hari minggu juga ada persekutuan di hari biasa atau (COOL). Ibadah Cool di adakan di rumah-rumah seperti persekutuan doa. Cool (the Community Of Love) adalah model gereja mula-mula (Baca Kisah Rasul 2) dan memiliki motto yang jelas yaitu: Kesatuan hati, Tumbuh Bersama dan Menangkan jiwa
Kita sudah sering dengar kata COOL yaitu Community of Love. Apakah kita semua mengerti maknanya? Pertumbuhan Gereja mula-mula awalnya dari murid-murid bersatu hati berdoa dan bertekun dalam pengajaran para rasul seperti yang dicatat dalam Kisah Rasul 2:42-47,“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Orang-orang yang menjadi percaya memberi diri dibaptis dan mereka dimuridkan setiap harinya sehingga jumlah mereka bertambah ribuan jiwa. Apa yang mengikat mereka menjadi satu sedang mereka datang dari berbagai suku bangsa dan bahasa? Setiap orang yang hatinya di jamah oleh kasih Kristus mengalami rekonsiliasi, mendekat satu dengan yang lain, bahkan rela berbagi harta mereka dan saling tolong menolong. Namun di dunia kebanyakan orang tidak suka satu dengan yang lain bahkan keluarga sendiri bisa saling membenci. Kasih Kristus yang membuat perbedaan antara anak Tuhan dan orang dunia. Pada saat hati kita disucikan dengan hadirnya Yesus dan kasih itu tercurah maka hati dan cara pandang kita tentang orang lain dan dunia berubah. Secara umum dunia dipenuhi dengan kepentingan diri sendiri yang memisahkan satu dengan yang lain namun Kasih Kristus mempersatukan.
Saat Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, Dia punya rencana indah membentuk suatu keluarga. Keluarga dijalin berdasarkan Kasih. Dalam kitab Efesus 5: “Kasih Kristus sebagai dasar hubungan suami dan istri”. Pada saat ada kasih di antara anggota keluarga ada keintiman yang membuat saling berbagi dan saling mendukung. Pada saat ketidak taatan masuk demikian juga segala bentuk kejahatan. Ketaatan mendatangkan Kasih dan ketidak taatan mendatangkan kebencian.
Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya. Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita (1 Yohanes 3:14-16).
Umat yang telah mengalami kasih Allah hendaknya tetap tinggal di dalam kasih, caranya dengan mengasihi Allah dengan cara taat kepada perintahNya; dan mengasihi sesama sebagai bagian dari tubuh Kristus dengan melakukan 1 Korintus 13 (baca ayat 4-7).
Demikianlah tinggal ke 3 hal ini sampai akhir dan ke3 hal inilah yang harus kita pelihara, dalam 1 Korintus 13, yaitu iman, pengharapan dan kasih; dan yang paling besar di antara ketiga hal ini adalah kasih. Doa saya selalu seperti doa Rasul Paulus dalam Efesus 3:18, “Aku berdoa, supaya kamu Bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus”.
Allah menghendaki agar gereja memiliki persekutuan dengan DiriNya, kemudian akan melahirkan umat yang unity karena diikat dalam kasih persaudaraan, di mana Yesus Kristus sebagai Dasar, Batu Penjuru dan Kepala. Kasih dan kebenaran harus dipraktekkan dalam persekutuan orang percaya. Tidak ada orang percaya yang berhak mengatakan bahwa dirinya mengasihi Tuhan tetapi dengan sengaja menjauhkan diri dari persekutuan. Mengapa? Karena cara mengasihi Tuhan adalah dengan taat kepada perintahNya. Apakah perintahNya? Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (1 Yohanes 4:21).
Kalau ada orang yang menjauhkan diri dari persekutuan maka dia sama dengan menjauhkan diri dari kasih karunia Allah. Mazmur 133 mengatakan : Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.
Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. (Ibrani 12:15).
“Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya” (1 Yohanes 2:15-17).
Jika kita mau terus intim dengan Roh Kudus, maka kita akan hidup oleh iman yang bekerja dalam kasih kepada Tuhan Yesus. Kalau kita mengikut Tuhan dengan perasaan/feeling atau emosi, maka mungkin saja menggebu-gebu di awal memiliki cinta mula-mula tetapi kemudian bisa menjadi suam karena kehilangan kasih semula kemudian mengalami kering secara rohani karena tidak ada kasih bahkan bisa murtad. Orang benar harus hidup karena iman, bukan karena perasaan/mood/feeling yang bisa berubah-ubah sesuai impuls dari panca indera. Hanya orang yang senantiasa dipenuhi Roh Kudus yang akan cakap menanggung segala perkara. Untuk menjaga hati supaya tetap di penuhi Kasih mula-mula harus senang memuji dan menyembah Tuhan seperti jemaat mula-mula dalam Kisah Rasul 2, mereka Bersekutu dengan sesama orang percaya, bersatu dengan sehati dalam doa, pujian penyembahan tiap-tiap hari di dalam Bait Allah.
Orang yang telah dipenuhi Roh Kudus akan selalu memiliki kerinduan untuk bersekutu dengan Allah melalui perenungan firman, doa, pujian dan penyembahan. Hal itu bukanlah sebagai taurat agamawi yang mengikat tetapi lahir dari hati yang penuh syukur dan meresponi kasih Allah. Ketika umat bersatu hati memuji dan menyembah Tuhan, aka Dia akan bersemayam dan bertahta di atas puji-pujian umatNya (Mazmur 22:4). Kehadiran Tuhan pasti membawa suatu dampak yang luar biasa.
Jemaat mula-mula menyadari bahwa sejak menjadi percaya kepada Kristus, memberi diri dibaptis dan menerima karunia Roh Kudus, mereka telah menjadi saudara satu-sama-lain. Kisah Rasul 2:44 menuliskan bahwa semua yang telah menjadi orang percaya menjadi satu. Apa yang mereka miliki dipergunakan untuk kepentingan bersama, untuk menjadi dampak bagi orang lain, sehingga jika ada yang kekurangan atau memerlukan sesuatu akan segera ditolong. Gereja yang lahir karena karya Roh Kudus tidak lagi melihat kepada kepentingan pribadi (self-centered) melainkan Chirst-centered yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi orang lain. Mengasihi bukan hanya dengan perkataan tetapi dengan tindakan kasih. Orang percaya diberkati untuk menjadi berkat. Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1 Yohanes 3:17-18).
“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.” (Efesus 4:2-6).
By Ps. Juliana L.