Perubahan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Secara alami, perubahan selalu terjadi; siang jadi malam, muda jadi tua, ada kelahiran ada kematian, musim berganti musim, dan sebagainya. Perubahan merupakan hal yang terus menerus berlangsung. Karena perubahan yang alamiah ini diciptakan oleh TUHAN maka kita dapat berkata perubahan merupakan sesuatu yang baik. Seperti yang tertulis dalam kitab Ratapan mengenai Dia.
“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3:22-23)
Pertanyaannya adalah: apakah kita dapat menerima perubahan dan menyikapi setiap perubahan dengan sikap hati yang benar? Seharusnya jawabannya “iya” karena perubahan senantiasa terjadi dalam kehidupan, bahkan kasih TUHAN pun selalu baru setiap pagi untuk memampukan kita menghadapi setiap perubahan. Masalah yang timbul biasanya karena kita tidak meresponi perubahan yang terjadi dengan sikap yang benar. Banyak orang merindukan “terobosan”, “keberhasilan”, “kesuksesan” dan semacamnya; namun tidak melakukan perubahan dalam hidupnya, terutama sikap hatinya. Kita perlu memiliki sikap yang benar dalam meresponi perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup kita.
1. Buka Mata Kita
Mari renungkan tindakan nabi Elisa dalam peperangan melawan bangsa Aram di 2 Raja 6:8-17: “Raja negeri Aram sedang berperang melawan Israel. Ia berunding dengan pegawai-pegawainya, lalu katanya: “Ke tempat ini dan itu haruslah kamu turun menghadang.” Tetapi abdi Allah menyuruh orang kepada raja Israel mengatakan: “Awas, jangan lewat dari tempat itu, sebab orang Aram sudah turun menghadang ke sana.” Sebab itu raja Israel menyuruh orang-orang ke tempat yang disebutkan abdi Allah kepadanya. Demikianlah Elisa memperingatkano kepadanya, supaya berawas-awas di sana, bukan sekali dua kali saja. Lalu mengamuklah hati raja Aram tentang hal itu, maka dipanggilnyalah pegawai-pegawainya, katanya kepada mereka: “Tidakkah dapat kamu memberitahukan kepadaku siapa dari kita memihak kepada raja Israel?” Tetapi berkatalah salah seorang pegawainya: “Tidak tuanku raja, melainkan Elisa, nabi yang di Israel, dialah yang memberitahukan kepada raja Israel tentang perkataan yang diucapkan oleh tuanku di kamar tidurmu.” Berkatalah raja: “Pergilah melihat, di mana dia, supaya aku menyuruh orang menangkap dia.” Lalu diberitahukanlah kepadanya: “Dia ada di Dotan. “Maka dikirimnyalah ke sana kuda serta kereta dan tentara yang besar. Sampailah mereka pada waktu malam, lalu mengepung kota itu. Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: “Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?” Jawabnya: “Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka .” Lalu berdoalah Elisa: “Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.” Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa.
Pada saat kita mengalami perubahan cenderung mata kita tertuju pada persoalan/tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan tsb. dan kita akan merasa takut/terancam. Nabi Elisa tidak takut seperti bujangnya karena dia melihat pertolongan Tuhan yang ajaib. Tetapi bujangnya takut karena ia hanya melihat tentara musuh mengelilingi kota itu. Allah membuka matanya sehingga ia melihat bahwa sebenarnya ada pertolongan dan perlindungan Tuhan yang ajaib.
Kita harus membuka mata terhadap kenyataan bahwa perubahan pasti terjadi. Kita mungkin tidak siap dengan perubahan yang terjadi, kita mungkin menemukan tantangan saat akan menerima hal-hal baru yang TUHAN berikan bagi kita. Pada saat seperti itu, penting untuk selalu melihat kepada Dia dan bukan terfokus pada masalah. TUHAN tidak akan memberikan tugas atau perintah tanpa Ia juga menyediakan hal-hal yang kita butuhkan untuk melakukannya. Saat bingung menghadapi perubahan mungkin rasanya seperti “buta”, maka mintalah kepada TUHAN untuk membuka mata kita agar kita mengerti apa yang harus dilakukan. Peganglah ini baik-baik: TUHAN yang melindungi Elisa dan bujangnya adalah TUHAN yang sama melindungi kita. Dialah El Roi; TUHAN yang melihat (memperhatikan) kita.
2. Menerima Proses Dengan Lapang Hati
Kisah Elia dan janda di Sarfat adalah suatu pelajaran berharga. Saat Elia datang ke Sarfat dan meminta air serta roti kepada janda di Sarfat oleh karena kekeringan yang melanda negeri itu, perempuan tersebut mengira ia dan anaknya akan segera mati karena persediaan tepung terakhir akan dimakan oleh Elia. Nyatanya TUHAN melakukan mujizat kepada perempuan dan anaknya ini: tepung dalam tempayannya tidak habis dan minyak dalam buli-bulinya tidak berkurang. Namun tidak tercatat di Alkitab respon dari janda ini, misalnya mengucap syukur terhadap apa yang TUHAN lakukan padanya. Suatu perubahan lagi terjadi, yaitu peristiwa anaknya meninggal. Perempuan itu menyalahkan Elia dan juga dirinya sendiri atas dosa-dosanya di masa lalu. TUHAN kemudian mendengarkan doa Elia, anak itu hidup kembali dan barulah saat itu sang ibu mengakui bahwa semua ini adalah dari TUHAN. (1 Raja-raja 17:7-24)
Permulaan-permulaan baru yang TUHAN berikan pasti luar biasa. Melalui hal itu TUHAN membawa kita naik ke dimensi kehidupan rohani yang lebih tinggi. Namun TUHAN juga memastikan kita siap untuk menerimanya dan karena itu memproses hidup kita. Proses itu sendiri bisa saja hal-hal yang dipandang negatif oleh manusia: penderitaan, kekeringan, dan bahkan mungkin kematian. Tetapi semua itu bisa TUHAN gunakan untuk meneguhkan iman kita, untuk menyatakan kuasa-Nya dan mengubah cara pandang serta respon kita. Kita harus menerima proses yang TUHAN beri dalam hidup kita dengan lapang hati; percaya bahwa apa yang dari TUHAN pada akhirnya pasti mendatangkan kebaikan kepada kita yang mengasihi Dia.
3. Mengasihi Semua Orang Termasuk Yang Memusuhi Kita
Saat Kerajaan Israel (10 suku) dikepung oleh pasukan Aram. Keadaan menjadi sangat kristis dan secara logika, Israel dalam posisi akan dikalahkan oleh Aram. Tetapi terjadi hal yang luar biasa; perlindungan supranatural dari Allah sendiri. Dengan cara yang ajaib, pasukan Israel lebih banyak dan seluruh pasukan Aram dapat ditawan oleh Israel. Israel memiliki kesempatan untuk membunuh seluruh pasukan Aram, tetapi sebaliknya atas petunjuk Elisa mereka malah memberi makan minum dan menyuruh seluruh pasukan Aram pulang ke negerinya.
Satu hal yang harus kita ingat adalah di setiap perubahan yang terjadi, setiap kali sesuatu yang luar biasa TUHAN janjikan akan datang, maka tingkat peperangan rohaninya juga akan bertambah. Si jahat tidak akan diam begitu saja; ia akan berusaha agar anak-anak TUHAN tidak mengalami janji-Nya dengan cara mempengaruhi mereka sehingga meresponi perubahan-perubahan dengan cara yang salah. Di tahun permulaan yang baru ini kita tidak boleh lengah; tetap berdoa dan berjaga-jaga. Peperangan rohani itu nyata, termasuk serangan terhadap mental dan perasaan. Kita harus menjaga respon hati dan perasaan, terutama saat musuh atau orang-orang yang membenci kita hendak melakukan hal-hal yang buruk. Pada saat seperti itulah kita harus menunjukkan sikap yang benar, yaitu mengasihi mereka dan tetap ramah kepada mereka. Jangan sama mengikuti kelakuan mereka yang jahat, namun tunjukkanlah bahwa kita berbeda, bahwa kita adalah anak-anak Allah yang memiliki karakter Kristus yaitu mendoakan dan mengasihi siapa saja, termasuk orang-orang yang membenci dan memusuhi kita. (2 Raja-raja 6:8-23)
“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah orang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacitalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi sebelum kamu”. (Matius 5:5,9,11-12)
4. Teruskan Perjalanan Rohani Sampai Tuntas
Selama masih hidup di dunia ini, perjalanan rohani kita tidak akan berhenti. Kita harus menuntaskan perjalanan rohani bersama-Nya hingga garis akhir. Iblis dan dunia akan terus berusaha agar kita tidak mencapai tujuan hidup kita, yaitu menjadi serupa dengan gambaran Kristus untuk akhirnya bersama dengan Dia selama-lamanya. Jangan biarkan tantangan hidup atau siapapun membuat kita berhenti dalam persekutuan kita dengan Kristus maupun dalam pelayanan kita kepada-Nya. Jangan mau dikalahkan dan jangan pernah berhenti. Maju terus, makin bertumbuh dewasa melalui kebenaran Firman dan kepenuhan Roh Kudus, menjadi pribadi yang semakin baik dan setia sampai garis akhir sambil senantiasa menanti-nantikan kedatangan-Nya. (Baca Filipi 3:1-16)
“aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”(Filipi 3:13-14)
“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik , aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”( 2 Timotius 4:7)
