26 November 2017
Tuhan berkali-kali di sepanjang masa melalui hamba-hamba-Nya memperingati agar orang tua mendidik dan mengajar anak-anak mereka di dalam kebenaran. Ini penting! Sebab kadang-kadang ada orang kristen yang berkata, “Apa itu… Allah di Perjanjian Lama itu Allah yang kejam.” Berarti ia tidak mengerti saat membaca Alkitab. Saudara bisa lihat bahwa sebelum Tuhan menjatuhkan hukuman, biasanya melalui hamba-hamba-Nya/nabi-nabi-Nya, Ia memberikan peringatan berulang kali! Allah bukan Allah yang kejam, tetapi Allah yang mengasihi kita. Amin!
1. Ulangan 6:6-7, “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Di ayat ini perintah Tuhan bagi orang tua untuk mengajarkan Firman Allah kepada anak-anaknya berulang-ulang. Membicarakan waktu duduk di rumah, dalam perjalanan, waktu berbaring atau bangun. Berarti ini sesuatu yang penting sekali!
2. Amsal 22:6, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
3. Tetapi kemudian kalau kita lihat, hampir 1000 tahun dari Ulangan 6:6-7 tadi sampai Maleakhi 4:5-6 yang merupakan ayat terakhir dari Perjanjian Lama, “Sesungguhnya Aku akan mengutus Nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.”
Ini adalah peringatan mengenai hari Tuhan, yaitu kedatangan Tuhan Yesus yang pertama maupun yang kedua. Di sini dijelaskan bahwa nanti sebelum kedatangan Tuhan Yesus yang pertama dan kedua, Tuhan akan mengutus Nabi Elia. Pada kedatangan Tuhan Yesus yang pertama, Tuhan mengutus Yohanes Pembaptis. Tetapi yang kedua, Tuhan mengutus GEREJA-NYA, yaitu Saudara dan saya untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan anak-anak kepada bapanya, dan kalau ini tidak dilakukan, “Aku akan memukul bumi sehingga musnah!”. Mengapa Tuhan berkata begini? Sebab ternyata dalam kurun waktu 1.000 tahun ini orang tua gagal melakukan kehendak Tuhan itu.
4. Setelah peringatan tersebut kira-kira 460 tahun kemudian pada Lukas 1:16-18 dikatakan bahwa Yohanes Pembaptis diutus dalam roh dan kuasa Elia.
5. Matius 28:19-20, Tuhan Yesus berkata, “…dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu seperti yang telah Kuperintahkan kepadamu…”
6. Efesus 6:4, Kolose 3:20-21, 1 Tim 3:4-5. Ini adalah peringatan-peringatan yang terus Tuhan berikan kepada Rasul Paulus tentang hal itu.
7. Lalu sampailah kepada 2 Tim 3:1-9. Kita akan membaca 2 Tim 3:1-5, Jika Saudara perhatikan, ini adalah tentang keadaan manusia pada akhir zaman. Jadi ternyata Tuhan mulai mengungkapkan keadaan manusia pada akhir zaman itu seperti ini: “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”
Kalau kita lihat tentang keadaan manusia pada akhir zaman seperti ini, beberapa waktu yang lalu saya pernah berbicara mengenai Generasi Millenial, yaitu generasi yang lahir antara tahun 1980 – 2000. Menurut survey, Generasi Millenial ini adalah generasi yang paling bermasalah. Tetapi 1 hal yang ingin saya katakan dimana banyak Generasi Millenial di tempat ini, “Tuhan Yesus sangat mengasihi Saudara”. Apa yang mereka tuliskan dari hasil penyelidikan tentang Generasi Millenial ini dan kenapa mereka disebut sebagai generasi yang bermasalah? Disebutkan bahwa generasi ini sulit diatur dan memiliki reputasi sebagai orang-orang yang merasa dirinya itu berhak mendapat perlakuan khusus, mementingkan dirinya sendiri, tidak fokus, malas, dan seterusnya. Jadi kalau kita lihat, ini memang keadaan manusia di akhir zaman ini. Tetapi sebetulnya bukan hanya di Generasi Millenial saja, di semua generasi ada yang seperti ini. Namun kebetulan Generasi Millenial ini yang disorot sehingga hanya Generasi Millenial saja yang disebutkan. Sekali lagi, Tuhan sangat mengasihi Generasi Millenial.
Menurut penelitian apa yang menyebabkan Generasi Millenial ini mempunyai sifat-sifat yang seperti itu? Alasan pertama yang ditulis di sana adalah ORANG TUA SALAH ASUH! Jadi saya percaya keadaan manusia di akhir zaman seperti ini, karena orang tua salah asuh!
8. Setelah itu Alkitab membukakan lagi, karena keadaan manusia di akhir zaman seperti itu. Kemudian Tuhan ungkapkan kepada Petrus dalam 2 Petrus 3:10-14, “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.” Dari ayat ini ternyata Tuhan berbicara kepada Petrus bahwa bumi ini akan dihancurkan. Jadi apa yang Tuhan katakan di Maleakhi bahwa apabila hati bapa tidak berbalik kepada anaknya dan hati anak tidak berbalik kepada bapanya, maka Tuhan akan memukul bumi sehingga musnah.
9. Dan puncaknya 60 tahun setelah itu, Tuhan Yesus yang ada di Sorga turun menemui Rasul Yohanes, murid yang paling dikasihi-Nya di Pulau Patmos. Dia berkata (ini dalam bahasa saya), “kalau manusia tidak bertobat…terpaksa bumi Aku hancurkan! Ini suatu peringatan bumi akan hancur oleh pembukaan meterai, oleh peniupan sangkakala, oleh penuangan cawan murka Allah. Bumi akan hancur!”.
Ternyata bumi dihancurkan, kenapa? Penyebabnya adalah karena tidak ada pertobatan hati bapa tidak berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak tidak berbalik kepada bapa-bapanya.
Kalau kita tidak melakukan perintah Tuhan ini, hati bapa tidak berbalik kepada anak dan anak tidak berbalik kepada bapa, maka orang yang seperti ini akan melihat bumi dihancurkan. Tetapi sebaliknya, orang yang mengikuti firman Tuhan, di mana hatinya berbalik kepada anak-anaknya dan anak-anaknya berbalik kepada bapanya (orang tua-nya), yaitu Saudara dan saya tidak akan melihat bumi dihancurkan. Mengapa? Karena kita semua sudah diangkat!
Ketika saya membaca apa yang Tuhan berikan ini, hati saya bergetar. Tugas gereja untuk menekankan hal ini:
1. Orang yang tidak percaya harus menjadi percaya
2. Orang Kristen yang tidak sungguh-sungguh harus jadi sungguh-sungguh. Tetapi sebetulnya ada yang nomor 3, yang setara dengan kedua, yaitu:
3. Hati bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapanya.
Saya akan mengajak Saudara untuk berpikir, apa yang menyebabkan mereka menjadi orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus? Apa yang menyebabkan orang Kristen hidup tidak karu-karuan? Semua itu karena yang nomor 3 tidak dilakukan! Jadi sebetulnya intinya adalah yang nomor 3, hati bapa berbalik kepada anak-anaknya dan anak-anak kepada bapa-bapanya. Saya percaya, kita semua yang ada di tempat ini adalah termasuk orang-orang yang melakukan perintah Tuhan. Kita tidak akan melihat bumi dihancurkan karena kita sudah diangkat!
Ada sebuah data yang mengatakan begini:
1. Kalau ibunya sungguh-sungguh, tetapi bapaknya kurang sungguh-sungguh, maka anaknya yang sungguh-sungguh itu sekitar 50%
2. Kalau bapaknya sungguh-sungguh, tetapi ibunya kurang sungguh-sungguh, maka anaknya yang sungguh-sungguh itu sekitar 70%
3. Kalau bapak dan ibunya sungguh-sungguh, maka anak-nya yang sungguh-sungguh itu 100%
Dan itulah yang terjadi pada kami bertiga, adik saya pak Bernard dan ibu Kristin termasuk sekarang anak dan cucu saya, semua melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Apa yang orang tua saya lakukan terhadap saya?
Saya sebetulnya mempunyai kakak, tetapi meninggal pada waktu umur 11/2 tahun. Lalu ibu saya mengandung saya dan dia sangat sayang kandungannya supaya jangan seperti kakaknya. Mendekati kelahiran, dia datang ke sebuah KKR, ada orang bule sebagai pembicaranya. Kemudian tiba-tiba dia mendengar ada altar call dan dia maju sambil memegang perutnya seraya berkata, “Tuhan, anak ini saya serahkan kepada-Mu untuk menjadi hamba Tuhan. Dan biarlah dia menjadi hamba Tuhan yang besar.” Tetapi tiba-tiba sambil tetap berjalan dia berkata lagi, “Oh maaf Tuhan, bukan hamba Tuhan yang besar, hamba Tuhan yang berkenan kepada-Mu”. Sampailah dia ke depan dan semua ditumpangi tangan oleh pendeta itu, tetapi ketika dia menumpangkan tangan atas ibu saya, tiba-tiba hamba Tuhan itu bernubuat, “Anak yang ada di dalam kandunganmu, akan menjadi hamba Tuhan yang besar.”
Setelah itu, rupanya Tuhan menyuruh ibu saya menyiapkan saya. Ibu saya adalah orang pertama yang sungguh-sungguh. Pada waktu itu saya ingat bahwa yang dipersiapkan menjadi Pendeta itu bukan saya, tetapi Pak Bernard karena saya nakal dan sebagainya. Mungkin ibu saya berpikir, “Wah, dia tidak cocok menjadi hamba Tuhan.” dan dia lupa akan nubuatan itu.
Tetapi ini yang terjadi, perjalanan saya dalam proses keselamatan ini, pada waktu saya sudah lahir baru, yaitu dari justification dan sekarang masuk proses yang kedua, yaitu sanctification (proses pengudusan), di sini masalah. Akibat teman-teman dan bermacam-macam lainnya, itu tidak mulus jalannya. Orang tua saya sudah kewalahan untuk memberitahu saya karena saya menginjak dewasa. Saya tahu mereka pasti berdoa dan berdoa melihat saya, tetapi satu hal yang saya ingat, meskipun saya lihat ada teman-teman saya yang ‘berengsek’ dan macam-macam lainnya, saya tidak menjadi berengsek seperti mereka. Saya mau melakukan seperti mereka pun tidak bisa, kenapa? Karena saya ada ketakutan untuk melakukannya dan Tuhan tetap pegang saya. Dengar apa yang saya mau katakan, kalau Saudara sudah lahir baru, Tuhan tidak gampang-gampang melepas Saudara. Jadi kalau ada orang yang sudah lahir baru, dia sampai murtad, itu namanya kebangetan!
Sampai kepada akhirnya ketika sudah waktu-Nya Tuhan panggil saya yang mana saya selalu menolak ketika dipanggil untuk melayani, akhirnya saya mengalami peristiwa seperti yang sering saya saksikan kepada Saudara, yaitu peristiwa “Ludes…des!”. ‘The first des’, habis semua dan ‘the second des’ ditambahi hutang. Bayangkan, kalau orang miskin itu kan artinya habis semua, tetapi ini minus! Di situ Tuhan hanya berkata, “Ikut Aku!” dan saya ikut sampai dengan hari ini.
Saudara yang dikasihi Tuhan, kini kami tiga bersaudara semua sungguh-sungguh melayani Tuhan dan terus sampai kepada anak-cucu. Dan terus saya berjanji, sampai Tuhan Yesus datang saya akan tetap setiap kepada Dia.
Mari kita akhiri dengan membaca 2 bagian yang mana bagian pertama biar dibaca oleh para orang tua atau yang mempunyai anak. Dan bagian yang kedua dibaca oleh anak. Kalau Saudara masih mempunyai orang tua dan telah mempunyai anak, nanti boleh membaca keduanya.
“Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar daripada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.” (3 Yohanes 1:4)
“Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar, bahwa aku hidup dalam kebenaran.”
Khotbah Bapak Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo. JCC – 12 November 2017