HIKMAT DUNIA vs HIKMAT TUHAN

Home / Weekly Message / HIKMAT DUNIA vs HIKMAT TUHAN
HIKMAT DUNIA vs HIKMAT TUHAN

4 Agustus 2017

“Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. Karena ada tertulis: “Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan.”1 Korintus 1:18-19
Apakah yang dimaksud dengan hikmat? Hikmat adalah hati yang mampu me-nimbang dan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat.
Pada waktu Salomo menjadi raja, ia masih sangat muda dan ia meminta hikmat dari Tuhan.

1 Raja 3:4-9, “Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban sebab di situlah bukit pengorbanan yang paling besar; seribu korban bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah itu. Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” Lalu Salomo berkata: “Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau; dan Engkau telah menjamin kepadanya kasih setia yang besar itu dengan memberikan kepadanya seorang anak yang duduk di takhtanya seperti pada hari ini. Maka sekarang, ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman. Demikianlah hamba-Mu ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang Kaupilih, suatu umat yang besar, yang tidak terhitung dan tidak terkira banyaknya. Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?”

Awal dari segala hikmat adalah takut akan Tuhan. Kalau orang hanya tahu firman tetapi tidak ada takut akan Tuhan maka dia akan hidup dalam dosa terus. Orang yang takut Tuhan artinya tidak mau melanggar hukum Tuhan dan tidak mau berdosa. Tetapi kita mau hidup dalam pertobatan dan taat kepada Tuhan.
Hikmat dunia bisa berasal dari pemikiran filsuf atau dari pengajaran turun temurun. Bisa juga hikmat dunia berasal dari penelitian ilmuwan atau cara hidup dunia yang memuaskan keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup.
Hikmat Tuhan itu bukan sesuatu melainkan seseorang yang bernama Yesus. Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6) Untuk kita dapat menerima kehidupan yang sebenarnya, kita masuk melalui jalan dan tinggal dalam kebenaran maka kita akan memiliki hidup yang kekal.
Untuk kita dapat memiliki hikmat dari Tuhan, kita tidak boleh sama dengan dunia ini karena hikmat dunia tidak sama dengan hikmat Tuhan. Tuhan dapat memampukan kita untuk melihat mana yang baik dan yang jahat, hikmat Tuhan itu memampukan kita untuk menimbang segala sesuatu.
1 Kor 1:21 “Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.”

Jangan kita memakai hikmat dunia untuk menimbang karena hikmat dunia berbeda dengan hikmat Tuhan. Bagaimana kita membedakannya? Dalam Roma 12:2 dikatakan “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Hikmat Tuhan berasal dari Firman. Pada hari-hari terakhir akan banyak penyesatan terjadi sehingga banyak orang yang menjadi bingung. Mengapa banyak orang bisa bingung? Padahal seharusnya orang Kristen tidak perlu bingung, tetapi karena mereka tidak tinggal di dalam Firman Tuhan maka tidak ada terang Tuhan di dalamnya sehingga hidup secara duniawi.
Banyak orang ‘buta’ di dalam hidupnya, ada berbagai macam kebutaan, seperti cinta buta, buta secara financial dan yang paling merugikan adalah buta rohani. Karena orang buta tidak sadar kalau dirinya ‘buta’, sehingga meski diberitahupun tidak akan mengerti.

Roh Kudus itu adalah Roh Allah yang memberi pengertian, tetapi dunia tidak mengenal Dia. Supaya kita mengenal Yesus, kita harus keluar dari keduniawian dan mempunyai iman percaya kepada Tuhan dan menerima Roh Kudus, karena Roh Kudus yang akan mencelikkan mata kita. Biarlah yang tadinya buta rohani tidak buta lagi dan yang tidak mengerti kasih karunia menjadi mengerti kasih karunia Allah.
Yoh 4:10, “Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! Niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Dalam Yohanes 4 dikisahkan tentang seorang perempuan Samaria yang tidak mengerti kasih karunia Allah. Kita tidak meminta karena kita tidak tahu karunia Allah, tetapi kita yang tahu kasih karunia meminta kehidupan itu kepada Tuhan. Dalam hadirat Tuhan, di situ kasih karunia Tuhan berlimpah-limpah dan hidup kita akan diperkaya dan tidak kekurangan apapun.

2 Kor 12:9-10, “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”

1 Kor 1:4-5, “Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan,”

Hikmat dan kasih karunia Tuhan itu tidak bisa dinilai dengan jumlah uang yang kita miliki. Tetapi kasih karunia-Nya cukup bagi kita untuk menghadapi segala tantangan dalam hidup sehingga kita tidak kekurangan dalam segala hal. Kita dapat melakukan segala sesuatu dengan segenap hati karena kita tahu semua karena kasih karunia Tuhan. Jangan lagi kita sia-siakan hidup kita dengan segala perkara duniawi tetapi percaya kepada Tuhan.

Mungkin pada waktu saudara tidak mengerti kasih karunia Allah maka potensi yang diberikan dalam diri saudara hanya akan terpendam, tetapi pada saat saudara mengerti kasih karunia Allah dan hidup di dalamnya, maka potensi itu akan keluar dan termanifestasi supaya kita melakukan panggilan Tuhan dalam hidup kita serta mengalami terobosan dalam hidup. Maka saudara menjadi orang-orang yang berhasil dan diberkati secara luar biasa.

Seringkali kita mendengar seseorang berkomentar bahwa si A adalah orang berhasil, sementara si B kurang berhasil. Apa sebenarnya ukuran sebuah keberhasilan? Biasanya orang mengukurnya dengan jumlah aset atau uang yang dimiliki. Sangat sedikit orang mengukur keberhasilan dengan ukuran bahagia atau tingkat kepuasan. Jika kekayaan dijadikan sebagai ukuran keberhasilan, maka orang yang punya lebih ba-nyak dianggap lebih berhasil dibanding yang punya lebih sedikit.
Kita juga mendengar bagaimana orang “mengukur” keberhasilan sebuah gereja dilihat dari penampilan luar seperti bangunan, jumlah kehadiran atau jumlah harta benda. Mereka menilai keberhasilan semata-mata berdasarkan kekayaan materi.

GAMBARAN SEKILAS MENGENAI JEMAAT LAODIKIA
Laodikia adalah sebuah kota besar, modern dan kaya pada pada masa itu. Ada banyak tempat penukaran mata uang, perusahaan kain wool dari domba dan juga pembuatan salep mata. Usaha-usaha tersebut membuat kota ini menjadi kota perdagangan yang berkembang, ekonomi masyarakat menjadi baik dan meningkat dengan semua usaha yang dilakukan, sehingga jemaatnya menjadi kaya.
Kitab Wahyu menulis, “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.” (Why 3:17)
Mereka merasa tidak kekurangan apa-apa, akibatnya mereka tidak membutuhkan siapa-siapa untuk menolong mereka, termasuk Tuhan. Sebaliknya Tuhan memiliki penilaiannya yang berbeda terhadap jemaat Laodikia. Mereka disebut melarat, malang, miskin, buta dan telanjang. Jika Tuhan menilai demikian, maka penilaian itu pastilah benar.

Berbagai hikmat yang dipakai orang dunia pada umumnya seperti di tulis dalam Yakobus 3:15: Hikmat dari dunia; Hikmat dari nafsu manusia; Hikmat dari setan-setan. Tergantung hikmat yang berasal dari mana yang memberi nilai pada segala sesuatu yang ada, termasuk mengenai hidup yang berhasil. Orang yang memakai hikmat dunia, atau nafsu manusia, akan menilai keberhasilan dari sisi materi. Yang memiliki lebih banyak akan dianggap lebih berhasil daripada yang sedikit. Yang tidak punya materi, dianggap tidak berhasil. Hikmat tersebut akan membuat orang-orang akan semakin cinta uang, iri hati dan mementingkan diri sendiri.
Jemaat Laodikia mengalami pertumbuhan yang baik. Pada awalnya semuanya bergantung kepada Tuhan, tetapi ketika semua kebutuhan sudah tercukupi bahkan berkelimpahan, pergeseran pandangan dan motivasi terjadi dan tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.

Kekayaan merupakan salah satu pemberian Tuhan kepada anak-anak-Nya. Kekayaan perlu dilihat dari hubungan dengan Tuhan, artinya hanya orang yang memakai hikmat rohani saja yang dapat mengerti tentang hal ini. Orang yang memakai hikmat dunia, akan memandang kekayaan sebagai imbalan kerja keras mereka. Kenyataannya semua orang perlu bekerja, namun sudut pandang yang berbeda akan menghasilkan pandangan yang berbeda. Tuhan menghendaki kita memakai hikmat yang dari atas atau hikmat surgawi/rohani.
“Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.” Yak 3:17 Hikmat yang dari atas, menuntun orang dalam kebenaran sejati. Firman Tuhan menjadi pijakan dalam menghasilkan hikmat rohani tersebut.

Tuhan mengetahui segala sesuatu, termasuk apa yang terjadi di dalam jemaat. Tuhan mengatakan bahwa mereka tidak dingin dan tidak panas, karena mereka merasa kaya, padahal di mata Tuhan mereka “tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.” Apa yang dipandang kaya secara manusia, ternyata miskin secara rohani. Tuhan Yesus memberikan jalan pemulihan bagi mereka:
“maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. (Why 3:18)
Teguran Tuhan, pasti bertujuan agar gereja bertobat dan mengambil langkah yang benar. Tuhan menghendaki agar mereka tidak bergantung kepada apa yang mereka miliki, namun bergantung hanya kepada Tuhan yang memberikan segala sesuatu kepada mereka.

Hikmat sangat diperlukan dalam kehidupan kita. Menggunakan hikmat dunia, kelihatannya baik namun ternyata sangat berbahaya. Jemaat Laodikia menganggap semua yang mereka lakukan dan alami adalah baik-baik saja. Namun mereka dalam keadaan yang berbahaya, bahkan akan dimuntahkan, karena suam-suam kuku dan keliru memberikan penilaian.
Betapa pentingnya hikmat yang dari atas, hikmat surgawi dari Tuhan bagi kehidupan setiap kita, sehingga kita dapat melakukan kehendak Tuhan, bukan kehendak kita sendiri. Amin!

Other posts in Weekly Message:
[postlist id=1742]