5 Maret 2017
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28)
Didalam segala perkara yang dihadapi umatNya, Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan. Apapun yang terjadi tetaplah jaga hati yang selalu mengasihi Tuhan. Kasih Tuhan yang memampukan kita menghadapi segala sesuatu. Orang yang mengasihi Tuhan akan menjauhi dosa. Sebenarnya tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menolong umatNya, tetapi dosa yang merintangi karena setiap dosa mendatangkan konsekuensi bahkan maut.
Upah dosa adalah maut. Tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Roma 6:23)
Setiap pelanggaran terhadap hukum Allah akan menghadapi suatu konsekuensi. Segala bentuk penderitaan, kejahatan, sakit penyakit, kebejatan moral dan lain sebagainya yang terjadi di dunia ini adalah konsekuensi dari dosa yang sudah menjalar sejak kejatuhan manusia dan iblis tahu memanfaatkan keadaan ini dengan mengambil otoritas menjadi penguasa atas dunia ini (Baca Matius 4:9 Saat iblis mencobai Yesus).
Meskipun manusia sudah jatuh ke dalam dosa, Allah tidak pernah meninggalkan seluruh ciptaan-Nya begitu saja. Karena kasihNya yang besar Allah terus menerus terlibat di dalam kehidupan umat-Nya dan di dalam pemeliharaan seluruh ciptaan-Nya. Sebagaimana dosa telah masuk ke dalam dunia oleh manusia pertama, dan oleh dosa itu juga maut, maka maut telah menjalar kepada semua orang karena semua orang telah berbuat dosa (Roma 5:12).
Tetapi kasih karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam; hal itu telah dibuktikan dalam segala kemurahan-Nya di dalam Kristus Yesus. Sejak awal Tuhan mencipta isi dunia, Dia katakan semua baik adanya, Sebenarnya di luar Tuhan tidak ada yang baik. Rancangannya bukanlah rancangan kecelakaan tapi rancangan damai sejahtera dan memberikan hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11). Kerinduan hati Tuhan adalah mendatangkan kebaikan, menyembuhkan, melepaskan dari setiap belenggu ikatan, memulihkan, memberi kelimpahan, memberkati, memberikan kemenangan, damai sejahtera dan memberi kehidupan yang kekal. Sebagai ciptaan baru dalam Kristus Yesus, kita akan terus dibawa Tuhan semakin serupa dengan gambar-Nya seperti yang telah ditentukan-Nya dari semula. Hal ini akan Dia lakukan bukan menurut pengertian, cara, kehendak dan kekuatan kita akan tetapi menurut kerelaan kehendak hati Allah sendiri.
Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu (Yesaya 55:8-9).
Suatu hukum rohani Tuhan tetapkan untuk memberkati orang percaya dengan berkat rohani yaitu hikmat dan kekekalan. Tetapi masalahnya manusia lah yang tidak mengerti dan menyelami perkerjaan-pekerjaan yang dilakukan Allah dan tergoda sehingga fokus kepada perkara-perkara duniawi yaitu perkara yang terlihat dan bersifat sementara..
Dalam kasih dan kebaikan-Nya yang melampaui segala pengetahuan,Tuhan mengijinkan berbagai pergumulan dan penderitaan sebagai bentuk pendisiplinan untuk memanggil anak-anak-Nya yang sedang menyimpang agar bertobat dari dosa mereka. Dia juga dapat memakai setiap pergumulan untuk membawa kita naik level. Lewat berbagai ujian iman, kita akan dibawa kepada tingkat kedewasaan rohani yang lebih tinggi sehingga memancarkan karakter kemuliaan Tuhan. Karena kedewasaan rohani adalah perkara kekekalan, perkara yang di atas, yang jauh lebih penting dan lebih tinggi nilainya. Kita harus merubah cara berpikir kita dengan mengenakan pikiran Kristus, yaitu : jika kita masuk dalam berbagai pencobaan sebagai ujian iman, justru kita menganggap itu sebagai suatu kebahagiaan.
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan (Yakobus 1:2).
Kata ‘pencobaan’ (peirasmos) memiliki dua arti. Yang pertama adalah pencobaan atau penderitaan yang datang dari luar diri seseorang (Yakobus 1:2) dan yang ke dua adalah pencobaan yang merupakan dorongan kedagingan dari diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang jahat.
Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya (Yakobus 1:13 dan 14).
Alkitab mengingatkan kita untuk berbahagia dan bersukacita akan berbagai-bagai pencobaan tersebut, karena ujian terhadap iman kita itu akan menghasilkan ketekunan, dan dalam proses selanjutnya biarlah ketekunan diberi peluang untuk memperoleh buah yang matang. Tujuannya adalah supaya kita menjadi sempurna (teleios= kedewasaan rohani), utuh dan tidak kekurangan suatu apapun (Yakobus 1:2-4). Tuhan juga dapat menyatakan Diri dan kehendak-Nya atas hidup kita lewat berbagai peristiwa yang Dia ijinkan terjadi. Allah juga mau memakai pengalaman hidup kita untuk menjadi pelajaran, kesaksian yang membangun, menguatkan serta menyelamatkan orang lain.
Contoh yang ditulis di Alkitab, tentang Yusuf : bahwa semua ketidakadilan dan penderitaan yang dialami Yusuf dari saudara-saudaranya dan orang Mesir menjadi bagian dari rencana Allah untuk memelihara suatu bangsa yang besar (Kejadian 50:20). Orang lain dan iblis dapat merancangkan yang jahat terhadap hidup kita, tetapi kalau kita ada di pihaknya Tuhan, maka Tuhan bisa membalikkan keadaan dengan memakai rancangan jahat orang lain untuk mendatangkan kebaikan bagi diri kita.
Raja Daud yang sekalipun adalah seorang pemazmur, orang yang sangat intim bahkan berkenan di hati Tuhan mau merelakan dirinya untuk di disiplinkan Tuhan saat dia melakukan kesalahan ataupun ketika Tuhan ijinkan dia melewati lembah kekelaman yaitu ketika Saul mengejar-ngejar Daud untuk membunuhnya sekalipun dia tidak bersalah apa-apa terhadap Saul .
Dan juga ketika dia sudah mengakui kesalahannya dan bertobat (Mazmur 51), Raja Daud harus menanggung berbagai akibat dari dosa perzinahannya dengan Batsyeba bin Eliam, istri Uria, anak buahnya. Hukum keadilan Allah harus tetap berjalan karena memang ada konsekuensi untuk setiap pelanggaran. Dia dikhianati dan dikejar-kejar anak kandungnya sendiri yaitu Absalom, dan anak-anaknya yang lain dibunuh oleh Absalom, Absalom juga menghampiri para gundik ayahnya di depan mata seluruh bangsa Israel, Daud di hadapkan kepada tiga pilihan hukuman akibat dari kesalahannya karena menghitung jumlah rakyat (2 Samuel 24:10-15). Tetapi justru dari semua peristiwa inilah dia dapat menulis sebagian besar kitab Mazmur dan dapat mengenal Pribadi Tuhan yang luar biasa, Tuhan mengajari Daud sikap hati yang benar sehingga Daud menjadi seorang penyembah yang berkenan di hadapan Tuhan.
Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu (Mazmur 119:71).
Begitu pula apa yang dialami Rasul Paulus adalah supaya dia jangan meninggikan diri dan menjadi sombong walaupun di anugerahkan berbagai karunia rohani, talenta, hikmat, pewahyuan serta kekuatan untuk cakap menanggung segala perkara maka Paulus diberi suatu duri dalam daging.
Karena kalau Rasul Paulus meninggikan dirinya maka dia akan jadi musuh Allah. Allah melihat bahwa jika Ia mengijinkan utusan iblis menggocoh Paulus (walaupun sudah tiga kali Rasul Paulus meminta supaya utusan iblis itu undur daripadanya), itu dimaksudkan untuk membuat dia selalu rendah hati, semakin mengandalkan Tuhan dan berserah penuh kepada kasih karunia Tuhan. Dia akan selalu diingatkan bahwa semua kesanggupannya adalah karya Allah sendiri.
Tuhan mengatakan bahwa kasih karunia-Nya cukup (sufficient, tidak berkekurangan) bagi Rasul Paulus, sebab justru dalam kelemahan lah kuasa Tuhan menjadi sempurna (2 korintus 12:7-10). Itulah yang membuat Rasul Paulus bersukacita dan rela bermegah dalam kelemahannya, supaya kuasa Kristus turun menaungi dia.
PENUTUP
Ingatlah bahwa Allah telah berjanji tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui kekuatan kita (1 Korintus 10:13). Sekalipun kita berjalan dalam lembah kekelaman, Tuhan menyertai kita (Mazmur 23:4 dan Yesaya 43:2-3). Tuhan Yesus adalah Imam Besar Agung yang dapat turut merasakan penderitaan kita karena Dia sendiri pernah merasakan berbagai pencobaan dan penderitaan kita.
Janganlah kita menjadi tawar hati dalam menghadapi kesesakan. Jangan menjadi kecewa, menyalahkan dan menolak Tuhan Yesus karena semua yang ada di dalam Kristus adalah kebaikan adanya.
Kiranya Tuhan menujukan hati kita semua kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus, Amen.