3 September 2017
Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja (3 Yohanes 1:2)
Melalui surat yang ditulis oleh Rasul Yohanes kepada penatua Gayus, kita mengetahui kehendak Allah untuk memberi prosperity dalam jiwa kita. Ciri orang yang jiwanya makmur dan sejahtera (prosperous soul) adalah :
1. Akan bertekun untuk hidup di dalam kasih dan kebenaran, serta berkenan di hadapan Allah.
Sebab aku sangat bersukacita, ketika beberapa saudara datang dan memberi kesaksian tentang hidupmu dalam kebenaran, sebab memang engkau hidup dalam kebenaran (ayat 3).
Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran (ayat 4).
Mereka telah memberi kesaksian di hadapan jemaat tentang kasihmu. Baik benar perbuatanmu, jikalau engkau menolong mereka dalam perjalanan mereka, dengan suatu cara yang berkenan kepada Allah (ayat 6).
Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran (Yohanes 1:14).
Allah Bapa telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, yaitu Yesus Kristus yang penuh dengan kasih karunia dan kebenaran. Jadi kasih dan kebenaran tidak dapat dipisahkan, tidak bertentangan tetapi sejalan. Pada masa itu Yohanes melihat nilai kebenaran yang di belokkan terjadi di dalam jemaat Tuhan sehingga hatinya berduka. Tidak heran jika Yohanes sangat bersukacita ketika mendengar bahwa anak rohaninya (dalam surat ini ialah Gayus) hidup di dalam kebenaran (ayat 3 dan 4).
Buah dari kebenaran Gayus sudah disaksikan sendiri oleh jemaat. Gayus menerapkan kasih dengan melakukan kebenaran, salah satunya adalah menolong orang-orang yaitu beberapa jemaat Tuhan yang sedang dalam perjalanan misi (ayat 6). Dengan mengetahui dan melakukan kebenaran, Gayus tidak lantas menjadi sombong karena di dalam kesombongan tidak ada kebenaran; sehingga Yohanes menuliskan bahwa pelayanan Gayus berkenan di hadapan Allah. Demikian pula halnya Demetrius, semua orang memberi kesaksian tentang buah kebenarannya (ayat 12). Jika kita hidup dalam kasih dan kebenaran, kita tidak akan hidup seperti ahli Taurat yang penuh dengan legalisme. Kasih karunia Tuhan juga tidak boleh disalahgunakan untuk membuat kita malas mengerjakan keselamatan serta berkompromi dengan dosa. Yang benar adalah : kasih diterapkan untuk menegur dan mendidik dan memampukan seseorang untuk hidup di dalam kebenaran.
2. Akan tunduk pada otoritas pemimpin yang Tuhan tempatkan di dalam hidupnya.
…tetapi Diotrefes yang ingin menjadi orang terkemuka di antara mereka, tidak mau mengakui kami (ayat 9).
Karena itu, apabila aku datang, aku akan meminta perhatian atas segala perbuatan yang telah dilakukannya, sebab ia meleter melontarkan kata-kata yang kasar terhadap kami; dan belum merasa puas dengan itu, ia sendiri bukan saja tidak mau menerima saudara-saudara yang datang, tetapi juga mencegah orang-orang, yang mau menerima mereka dan mengucilkan orang-orang itu dari jemaat (ayat 10).
Diofretes adalah contoh kebalikan dari penatua Gayus, dia adalah contoh dari orang yang jiwanya tidak mengalami kemakmuran dan kesejahteraan. Diofretes adalah seorang anggota jemaat yang tidak memahami identitas dirinya di dalam Kristus. Jiwanya yang tidak utuh membuat dia merasa in-secure. Dia membutuhkan pengakuan orang lain untuk mengaktualisasi dirinya. Jiwanya malang, miskin, melarat, buta dan telanjang, sehingga akan selalu menuntut untuk diperhatikan, diakui eksistensi dan karyanya, penuh ambisi untuk menjadi yang terkemuka serta tidak ada penundukkan diri terhadap pemimpin. Diofretes tidak mengakui dan tidak mau tunduk kepada kepemimpinan penatua Gayus dan juga Yohanes bahkan dia melontarkan kata-kata yang kasar.
Tuhan Yesus mengajarkan bahwa siapa yang mau menjadi yang terkemuka atau pemimpin, justru dia harus menjadi yang terkecil (maksudnya kerendahan hati), yang melayani dengan hati hamba.
Ambisi pribadi membuat Diofretes merasa perlu menguasai jemaat dan membangun opini publik agar jemaat berpihak kepada dirinya, bahkan tidak segan menggunakan gosip dan fitnah untuk menjatuhkan lawan-lawannya. Seseorang yang merasa tidak secure akan memakai relationship untuk membangun kekuatan untuk mengadakan pemberontakan. Seperti unity model Babel, yaitu unity untuk memberontak kepada Tuhan. Orang seperti ini ingin membawa jemaat untuk melihat kepada dirinya dan bukan kepada Kristus. Hal-hal semacam ini banyak terjadi di dalam tubuh Kristus sampai sekarang. Oleh sebab itu kita semua harus waspada agar jangan sampai kita terseret dalam hal-hal semacam ini. Mata dan hati kita harus selalu tertuju kepada Yesus Kristus dan bukan kepada manusia, agar kita tidak tersandung.
Untuk hidup di dalam kebenaran dibutuhkan kedisiplinan rohani, melatih diri (jiwa dan tubuh) untuk selalu tunduk kepada pimpinan Roh Kudus.
Kalau roh kita terus diberi makan dengan firman Tuhan, maka roh kita akan semakin besar dan kuat. Roh yang kuat akan mampu memimpin jiwa dan tubuh untuk sepakat tunduk dalam kepemimpinan Roh Kudus. Bersihkan jiwa kita dari segala bentuk kecemaran dan ikatan. Kerendahan hati akan membuat kita hidup dalam pertobatan seantiasa.
Jiwa yang makmur sejahtera akan menghasilkan damai sejahtera dan sukacita yang merupakan kekuatan kita, sehingga hidup kita selalu berkemenangan dalam menghadapi tantangan apapun.
Yang harus diwaspadai KOMPROMI YANG MENGHASILKAN DOSA
Dari kisah Yusuf dapat kita pelajari bahwa keberhasilan yang dicapai itu semata-mata karena Allah menyertai Yusuf. Hubungan kasih antara Yusuf dengan Tuhan membuat jiwanya mengalami kemenangan, kemakmuran, kesejahteraan dan keberhasilan di seluruh aspek hidupnya (spiritual, emosi, mental – intelektual, pelayanan, pekerjaan, rumah tangga, dan sebagainya). Namun Yusuf mengalami ujian: apakah imannya kepada Tuhan itu senantiasa murni ataukah kompromi dengan dosa. Yusuf lulus ujian dan tidak kompromi dengan dosa sekalipun harus masuk penjara. Sebenarnya Firman Tuhan itu adalah kekal, kebenarannya murni dan tidak pernah berubah.
“Kemegahanmu tidak baik. Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan?” 1 Korintus 5:6
Suatu kali Rasul Paulus menegur keras kelakuan jemaat Korintus yang membiarkan adanya percabulan di dalam Gereja. Beberapa orang dalam jemaat dibiarkan tetap dalam gaya hidup seperti kelakuan orang-orang di luar Kristus. Salah satu penyebabnya adalah karena pengajaran yang tidak tegas dan menyimpang dari apa yang TUHAN telah tetapkan dan para Rasul telah ajarkan.
Dalam Wahyu 2:18-29 Tuhan Yesus memuji apa yang telah dilakukan oleh jemaat Tiatira dalam hal: (1) Kasih, (2) Iman, (3) Pelayanan dan Pekerjaan, (4) Ketekunan, serta (5) Pertumbuhan yang nyata dalam hasil secara kuantitas. Namun Yesus menegur jemaat ini karena mereka melakukan kompromi-kompromi dalam kehidupan sebagai orang Kristen, sehingga terjadi kemerosotan secara moral dan rohani. Dosa yang merusak ini awal mulanya seperti racun/penyakit yang menular. Kompromi yang dilakukan jemaat mengarah pada bertumbuhnya dosa diantara mereka.
Segala pekerjaan dan hasilnya menjadi sia-sia (hambar) karena kompromi. Situasi ini digambarkan dengan pepatah “Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.”
KOMPROMI YANG DIBENCI OLEH TUHAN
1. Kompromi Terhadap Kebenaran Firman TUHAN
Firman TUHAN diajarkan dengan seenaknya; menambah dan memotong ayat-ayat agar memperoleh pembenaran atas tindakan dosa. Jemaat diperbolehkan menyembah kepada TUHAN dan ilah-ilah lain secara bersamaan. Inilah yang dimaksud dengan “Izebel” dalam Why 2:20 yaitu suatu roh penyesatan.
2. Kompromi Terhadap Kekudusan
Perzinahan dianggap hal yang biasa, pikiran-pikiran kotor dipelihara dan tidak memperhatikan dampaknya bagi anak-anak/keturunan mereka. (Wahyu 2:20-23)
Tuhan Yesus mengatakan semua kompromi tersebut adalah seluk-beluk Iblis. Hal-hal yang kelihatannya sederhana dan “normal” bagi dunia saat itu, jika dilakukan atau dibiarkan oleh Gereja akan menghancurkan segala perbuatan baik dan hasil penuaian yang telah diperoleh Gereja. Dampaknya, Gereja menjadi hancur karena tidak ada bedanya dengan kehidupan dunia yang penuh oleh dosa. (Why 2:24)
Jangan sampai dosa merusak dampak dan pengaruh kita sebagai anak-anak TUHAN. Dosa adalah ibarat ragi yang mengkhamiri seluruh adonan. Reputasi, citra, wibawa rohani, sebagai hasil yang diperoleh dengan usaha yang besar menjadi sia-sia oleh karena dikhamiri oleh dosa.
CARA MENCEGAH DOSA MERUSAK KEHIDUPAN JEMAAT
1. Bertobat
Seringkali ketika kita berbuat dosa, TUHAN tidak langsung menegur dengan keras, tetapi menegur kita dengan lembut dan memberi waktu untuk kita menyadari dan bertobat. Jangan mencari pembenaran diri di hadapan TUHAN. Jika Roh Kudus katakan itu salah, segera minta ampun dan jangan ulangi lagi. Ingatlah bahwa Roh Kudus bukan hanya menghibur kita tetapi juga menegur jika kita berbuat dosa. (Why 2:21, Yoh 16:8)
Jika dengan teguran yang lembut kita tetap tidak mau bertobat, TUHAN bisa gunakan cara yang lebih keras seperti melalui penyakit, masalah keluarga atau persoalan/penderitaan yang diluar “kewajaran.” ( Why 2:22-23)
2. Berpegang Teguh Pada Pengajaran Yang Benar (Why 2:24-25)
Salah satu ciri utama pengajaran sesat adalah membenarkan kehidupan yang tidak kudus dihadapan Allah. Pengajaran sesat akan mendorong orang untuk tidak lagi bertanya tentang benar atau salah kepada Roh Kudus, tetapi menetapkan standar kekudusan hidupnya sendiri. Ingatlah, hanya karena suatu pengajaran memakai ayat-ayat Alkitab belum tentu pengajaran itu benar, tetapi kita harus peka apakah itu berasal dari hikmat Roh Kudus atau tidak?
Segala sesuatu harus diuji, termasuk pengajaran. (Ef 5:10; 1 Tes 5:21; 1 Yoh 4:1)
Ciri lain dari pengajaran sesat adalah tidak melibatkan Roh Kudus dalam setiap pemberitaan Firman Tuhan dan sebagai akibatnya hawa nafsu dan kefasikan merajalela. Firman Tuhan mengajarkan agar kita selalu teguh dalam iman kita yang paling suci dan berdoa di dalam Roh Kudus. (Yudas1:18-20)
3. Menjadi Pemenang Sampai Akhir (Why 2:26)
Bagian kita adalah meraih kemenangan yang TUHAN-berikan. Para pemenang selalu mencapai garis akhir dalam semua pertandingan. Bagaimana kita bisa terus jadi pemenang? Ayat yang sama menjelaskannya pada kita yaitu dengan melakukan apa yang Yesus lakukan dan kerjakan, dan terus melakukannya sampai kita bertemu dengan Dia, sejalan dengan
1 Yoh 2:6, “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.”
4. Dengar-dengaran Kepada Roh Kudus (Why 2:29)
TUHAN berbicara kepada kita melalui banyak hal, namun yang terutama adalah melalui Firman-Nya dan suara Roh Kudus. Kedua hal ini selalu berjalan bersamaan dan karenanya penting bagi kita untuk selalu membaca, merenungkan dan melakukan Firman TUHAN serta membangun hubungan yang intim dengan Roh Kudus melalui doa, pujian dan penyembahan. Hanya melalui keintiman yang dibangun bersama dengan-Nya maka telinga rohani kita menjadi peka terhadap suara-Nya. Semakin kita peka dengan suara-Nya, semakin juga kita dapat membedakan mana yang bukan dari TUHAN.
Ingatlah, Tuhan Yesus mengangkat kita menjadi pemenang. Kepada kita dianugrahkan kemampuan dan daya untuk berdampak bagi dunia dan bagi kemuliaan nama-Nya. Jangan sampai dosa merusak dampak itu, namun tetaplah hidup kudus dan setia pada-Nya sampai akhir, dan lihatlah mahkota dan kuasa atas bangsa-bangsa di berikan sebagai upah kita (Why 2:26-27)..
“Kita tidak kekurangan pengajaran, khotbah dan pesan yang solid. apa yang kita kurang adalah disiplin untuk melakukannya dengan konsisten”