11 Februari 2018
“Inilah kasih itu : Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. (1Yohanes 4:10)
Kasihilah Tuhan, Allahmu , dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini. (Markus 12:30-31)
Tuhan mengingatkan kita semua melalui pesan bulan ini agar jangan melupakan segala kebaikan yang telah dan terus Dia lakukan dalam kehidupan kita. Bagi kita yang tanpa sadar sudah meninggalkan kasih yang semula baiklah kembali kepada kasih yang semula itu; bagi kita yang masih ada di dalam kasih semula, peliharalah itu senantiasa. Kasih yang semula adalah hal yang sangat penting di mata Tuhan, sebab jika segala sesuatu kita lakukan tanpa kasih, maka semua yang kita lakukan ternyata adalah sia-sia belaka. Lakukanlah segala sesuatu seperti untuk Tuhan.
Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku (1 Korintus 13:1-3).
Jemaat di Efesus mendapat teguran keras dari Tuhan Yesus karena mereka meninggalkan kasih yang semula. Kondisi itu di mata Tuhan adalah suatu kejatuhan yang dalam (Wahyu 2:1-5). Orang yang sudah meninggalkan kasih semula baik secara sadar atau tidak sudah hidup di dalam kegelapan karena kaki dia diambil dari padanya. Orang yang hidup di dalam kegelapan tidak mungkin dapat mengambil persekutuan dengan Tuhan, yang adalah Terang.
“Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan”. (1 Yohanes 1:5).
Ada empat prinsip sederhana yang kita harus perhatikan dalam diri kita masing-masing tentang prinsip untuk dapat memelihara serta bertekun dalam kasih :
1. Membangun hubungan yang benar dengan Tuhan terlebih dahulu sebagai sumber kasih itu sendiri, Allah adalah Kasih. Jadi, membangun hubungan dan mendisiplinkan diri setiap hari untuk memuji, menyembah, berdoa dan baca firman itu bukanlah sesuatu yang buang waktu, sekedar kebiasaan atau rutinitas tapi tanpa pengertian yang benar. Justru itu adalah cara kita dipenuhi oleh kasih Tuhan setiap hari melalui firman dan Roh KudusNya.
2. Berpegang pada kekudusan. Kalau kita sudah membuka hati menerima kasihNya Tuhan, baru dengan kasih itu kita dapat mengasihiNya kembali dan pasti kita akan memiliki sikap hormat dan takut akan Dia, lalu kita akan dengan rela hati menjauhkan diri dari rupa-rupa kecemaran dan kejahatan.
3. Berkomitmen kepada kebenaran. Ingatlah, bahwa kasih Allah (kasih Agape, unconditional love) akan selalu sejalan dengan kebenaran (harus berada di dalam koridor kebenaran firman) dan bukan dengan perasaan atau mood karena feeling/mood itu bisa naik turun, belum tentu sejalan dengan kebenaran.
4. Siap diproses oleh Tuhan. Salah satu cara Tuhan mengasihi kita adalah dengan teguran dan hajaran (Wahyu 3:19) dengan tujuan untuk meluputkan kita dari hawa nafsu dunia yang membinasakan.
5. Mengembangkan sikap saling mengampuni. Kita disebut pendusta jika kita mengatakan kita masih mengasihi Tuhan tetapi membenci (pahit/tawar hati, kecewa, marah, menghakimi) saudara kita. Dan orang seperti ini tidak sadar kalau dia sudah meninggalkan kasih yang semula. Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (1 Yohanes 4:20-21).
Jika kita merenungkan ayat di atas : “Inilah kasih itu : Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita (1Yohanes 4:10); maka kebenaran mengatakan bahwa setiap orang percaya yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi adalah sebagai pihak yang menerima atau menggunakan kasih dari Allah melalui Tuhan Yesus Kristus. Orang percaya yang sudah lahir baru adalah konsumen yang menerima kasih dari Allah. Sejalan dengan pengiringan kita akan Kristus, Dia akan senantiasa menyempurnakan iman kita untuk dapat menjadi pribadi yang bertumbuh menuju kedewasaan rohani dan akhirnya disebut sebagai mempelai Kristus. Dari pihak yang menerima kasih itu, Tuhan akan membuat kita menjadi pihak yang menghasilkan buah-buah Roh (bekerja sama dengan Roh Kudus) dan buah itu tetap sehingga dapat melakukan tindakan kasih yang buahnya dinikmati oleh orang lain (Baca Yohanes 15:16-17).
Dari konsumen menjadi produsen, dari yang menerima menjadi yang memberi, dari yang menggunakan menjadi yang menghasilkan. Seseorang tidak akan bisa memberikan apa yang dia tidak punya. Itu sangat wajar dan masuk akal. Demikian juga dengan prinsip kasih di dalam Kristus. Seseorang tidak akan dapat mengasihi Tuhan dan orang lain jika dia tidak terlebih dahulu membuka bejana hatinya untuk menerima kasih dari Allah yang pastinya harus sejalan dengan kebenaran firman Tuhan dan kekudusan.
Kasih Allah (kasih Agape, unconditional love) itu bukanlah kasih yang berasal dari jiwa manusia. Banyak anak Tuhan yang tertipu karena tidak dapat membedakannya.
Berikut adalah ciri-ciri kasih dan belas kasihan yang hanya berasal dari jiwa manusia :
• belum tentu sejalan dengan kebenaran firman, bahkan bisa berkompromi dengan dosa/kedagingan
• berasal dari jiwa (pikiran, perasaan, kehendak) yang hanya bersifat moody, sesuai feeling/perasaan yang bisa naik dan turun bahkan hilang karena hanya dipengaruhi oleh panca indera manusia yang terbatas,
• bersifat menuntut karena bepusat pada diri sendiri (self-centered), menyenangkan/memuaskan kedagingan, yang terbukti dari perasaan kecewa, tawar hati, self-pity, complain/bersungut-sungut, marah, berhenti melayani,berhenti melakukan kebaikan jika perbuatan baik dan usahanya tidak mendapatkan respon yang diharapkan,
• dapat membuat seseorang hidup dalam delusion/kegelapan dalam batin yang menyebabkan berbagai ikatan dan terjerat dalam tipu muslihat iblis serta dapat berujung pada kebinasaan,
• tidak mempunyai kuasa karena tidak berdampak kepada kehidupan diri sendiri dan orang lain.
Sementara, kasih Agape yang sudah kita terima dari Tuhan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
• adalah kasih karunia Allah yang dihasilkan oleh kekuatan Roh Kudus yang berdiam di dalam hati kita: “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita” (Roma 5:5).
• karena itu dihasilkan oleh kekuatan kuasa Roh Kudus, maka kasih Agape tidak akan pernah gagal dan mengecewakan, jika saja mata hati kita tetap tertuju kepada Kristus.
• pasti sesuai dengan kebenaran firman (meskipun tidak enak untuk keinginan daging dan harus keluar dari comfort zone) karena Roh Kudus adalah Roh Kebenaran,
• tidak ditentukan oleh perasaan/feeling, mood atau keadaan dari luar tetapi ditentukan oleh seberapa besar bejana hati yang kita buka untuk Tuhan memenuhi kita dengan kasihNya melalui keintiman bersama Roh Kudus (lewat doa pujian penyembahan dan baca firman),
• bersifat memberi karena berpusat kepada Kristus (Christ-centered), terbukti dari sikap penyangkalan diri (menyangkal keinginan daging) sebagai tindakan iman yang sesuai dengan kebenaran firman dan kekudusan serta menyenangkan Tuhan.
• walaupun tidak mendapat respon balasan yang baik atau seperti yang diharapkan, Roh Kudus akan memberi kekuatan dan kemampuan untuk bertekun dalam mengasihi (keputusan untuk terus menerus menyangkal diri dan memberi) dan hidup berkemenangan.
• akan membebaskan seseorang dari ikatan yang membelenggu sehingga mendapat kelegaan, menyembuhkan dari segala penyakit (baik secara jiwa dan fisik), membuat mata hati dapat melihat dengan jernih, telinga rohani dapat mendengar lebih tajam, membuat jiwa yang miskin menjadi kaya, berkelimpahan / prosper.
• mempunyai kuasa untuk melakukan kehendak Allah yang berdampak kepada diri sendiri, gereja Tuhan dan bangsa-bangsa.
• Berbagai tindakan iman (sikap penyangkalan diri, sikap hati selalu memberi, produsen) sebagai buah kasih Agape adalah sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (1 Korintus 13: 4-7).
Marilah kita semua dengan jujur memeriksa keadaan diri masing-masing, apakah sesungguhnya kita masih ada di dalam kasih Tuhan atau kita sudah jauh meninggalkan Tuhan. Kegiatan pelayanan atau kesibukan yang sepertinya untuk Tuhan belum tentu menjamin bahwa kita masih berada di dalam kasih Tuhan. Ambillah keputusan setiap hari dengan mendisiplinkan diri terutama setiap pagi sebelum beraktifitas untuk duduk diam di bawah kaki Tuhan, memuji menyembah, berdoa dan baca firman agar bejana hati kita hari itu diisi penuh dengan kasih Tuhan. Kasih yang kita terima dari Tuhan adalah bahan bakar yang sangat powerful dalam melakukan segala sesuatu dan akan memampukan kita bertahan sampai kesudahannya.