18 Desember 2016
5. Tanggung jawab untuk melipatgandakan karunia dan talenta yang Tuhan sudah percayakan.
Injil Matius pasal 24 menuliskan tentang percakapan Tuhan Yesus dengan murid-muridNya secara tersendiri di bukit, bagaimana tanda-tanda akhir jaman dan kedatangan Tuhan yang ke dua kali. Salah satu nasihat Tuhan untuk para murid dalam hal berjaga-jaga ialah Dia memaparkan dengan perumpamaan tentang seorang tuan yang akan bepergian jauh lalu mempercayakan hartanya kepada para hambanya. Bagaimanakah yang disebut hamba yang setia dan hamba yang jahat di mata tuannya.
Tuan itu adalah Kristus, yang adalah Pemilik dan Penguasa mutlak dan sah atas semua orang dan harta benda, dan secara istimewa atas jemaat-Nya. Segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia dan bagi Dialah kemuliaan.
Hamba-hamba itu adalah orang-orang yang telah ditebus dengan Darah Tuhan Yesus, dikuduskan, dipelihara, diperlengkapi dalam pekerjaan-Nya untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Tuan mereka mempercayakan hartanya kepada mereka. Setelah memberi perintah untuk bekerja (Tuhan tidak akan membiarkan seorang hamba pun menganggur), Ia meninggalkan sesuatu untuk mereka kerjakan.
Kita semua memiliki dan menerima segala sesuatu dari Dia, karena sebenarnya kita sendiri tidak mempunyai arti apa-apa, dan juga tidak memiliki apa-apa yang dapat dikatakan sebagai milik kita sendiri selain dosa dan kelemahan.
Karunia dan talenta yang Tuhan percayakan dimaksudkan untuk memampukan kita bekerja, diberkati dan menjadi berkat bagi orang lain. Kita hanyalah para pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (1 Pet.4:10). Talenta dapat berbicara mengenai waktu, fasiltas, pekerjaan, pelayanan, kesempatan/promosi, kesehatan, hubungan, usaha, karunia, pengetahuan dan hikmat, ketrampilan, bakat, dsb serta berkat-berkat rohani.
Pertama, yang disebut hamba yang setia, bijaksana dan berbahagia adalah hamba yang didapati tuannya melakukan tugas ketika tuannya datang (Matius 24:46-47); sementara hamba yang jahat (ayat 48-51) ialah dia yang tidak mempunyai sikap hati yang menanti kedatangan tuannya, mengabaikan perintah tuannya, malah memukuli hamba-hamba yang lain dan hidup dalam hawa nafsu.
Ke dua, yang disebut hamba yang setia dituliskan dalam Matius 25 : 14-30; di mana sang tuan memberi talenta yang berbeda-beda kepada para hambanya. Ada yang lima, dua dan satu talenta. Hamba yang baik dan setia akan melipatgandakan talentanya. Tuhan memberikan talenta kepada para hambaNya sesuai dengan kapasitas masing-masing. Kepada yang diberi banyak, akan dituntut banyak pula. Sementara hamba yang jahat dan malas ialah walaupun sudah diberikan talenta yang sesuai dengan kemampuannya, dia memutuskan untuk tidak mau melipatgandakannya.
Bandingkan dalam Lukas 19:11-27 yang disebut hamba yang setia adalah bahwa ketika sang tuan memberikan jumlah mina yang sama kepada setiap hamba yaitu masing-masing satu mina. Dari hanya satu mina, ada hamba yang menghasilkan 10, 5 dan bahkan yang tidak menghasilkan sama sekali.
Perumpamaan tentang uang mina dengan jumlah yang sama mengajarkan bahwa talenta / karunia yang sama jumlahnya, tetapi bila dipergunakan dengan sikap hati dan kesetiaan (loyalitas) yang berbeda akan memperoleh hasil dan upah yang berbeda pula.
Tuhan mau kita melakukan bagian kita tepat seperti yang Dia mau dengan roh yang excellent; lakukan sesuai bagian kita dalam ketepatan – tidak mendahului Tuhan ataupun menunda apa yang Tuhan perintahkan. Banyak anak Tuhan yang puas hanya dengan tidak melakukan apa yang Tuhan larang atau tidak suka, tetapi malas melakukan apa yang Tuhan inginkan. Janganlah kita lalai dalam mempergunakan karunia yang ada pada kita (1 Tim. 4:14).
Yang berkenan di hadapan Tuhan adalah bukanlah berapa banyak yang kita lakukan, tetapi apakah yang kita lakukan ada dalam ketepatan dan poros kehendakNya (the perfect will of God). Ingatlah : good ideas belum tentu God’s idea; tapi God’s idea pasti good.
Ketiga, hamba yang setia seperti gadis yang bijaksana melambangkan mempelai Kristus yang hidup dalam firman (firman Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku – Mazmur 119:105) dan senantiasa membawa minyak cadangan (kepenuhan Roh Kudus, berbicara tentang keintiman dengan Roh Kudus).
6. Tugas para pemimpin
Tuhan Yesus mengatakan bahwa siapa yang hendak menjadi yang terbesar adalah yang melayani (Mat. 23:11). Kepemimpinan Tuhan berbeda dengan cara dunia. Kita semua dipanggil Tuhan untuk menjadi pemimpin, memberi pengaruh, menjadi pelaku prinsip-prinsip Kerajaan Allah, menjadi terang dan garam di manapun kita berada. Pemimpin di keluarga, di tempat pekerjaan, di kumpulan pertemanan, di pelayanan, di lingkungan tempat kita tinggal atau di mana saja. Jadilah teladan dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam kesetiaan, dalam kesucian (1 Tim. 4:12).
Awasilah diri kita sendiri, apakah hidup kita dalam jalur kehendak Tuhan serta menjadi pelaku firman dan awasilah apa yang kita ajarkan. Selain itu pemimpin juga punya tanggung jawab berjaga-jaga atas jiwa orang-orang yang dipimpinnya (Ibrani 13:17) dengan mendoakan, menjadi teladan, menasehati, mengayomi, mendorong, memperhatikan, menopang. Gembalakan kawanan domba jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Jangan kita berbuat seolah-olah mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepada kita, tetapi hendaklah kita menjadi teladan bagi mereka (1 Pet. 5:2-3).
7. Menjadi saksi Kristus, memberitakan Injil keselamatan, menjadikan semua bangsa murid Tuhan.
Ini merupakan Amanat Agung Kristus kepada semua murid-Nya dari setiap angkatan termasuk kita yang hidup di akhir jaman ini. Amanat ini menyatakan sasaran, tanggung jawab, dan penugasan gereja dalam tugas misinya.
Orang percaya / gereja harus pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil Keselamatan kepada semua orang.
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kisah 1:8).
Injil Keselamatan yang diberitakan berpusat pada pertobatan dan pengampunan dosa (Luk. 2:47), janji penerimaan karunia Roh Kudus (Kis. 2:38), serta nasihat untuk memisahkan diri dari angkatan yang jahat ini (Kis. 2:40b), sambil menantikan kedatangan Kristus dari sorga (Kis. 3:19-20; 1 Tes 1:10).
Tuhan Yesus Kristus memerintahkan kita untuk meninggalkan sistem dunia yang jahat ini serta memisahkan diri dari kejahatannya (walaupun kita masih hidup di dunia ini tapi kita tidak hidup menurut cara dan hikmat dunia) – dan terus menerus diperbaharui dalam pemikiran dan budi pekerti untuk mengetahui kehendak Allah yang baik dan sempurna (Rom. 12:1-2), serta semakin serupa dengan gambaran Kristus.
Tujuan pemberitaan Injil ini bukan hanya sampai keputusan untuk bertobat saja /kelahiran baru menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saja, tetapi dilanjutkan dengan memuridkan mereka untuk menaati semua perintah Kristus. Gereja Tuhan bukan diarahkan hanya untuk memperbanyak jumlah anggota gereja, tetapi untuk memuridkan mereka yang bersedia memisahkan diri dari dunia ini, menaati perintah-perintah Kristus serta mengikut Dia dengan segenap hati, pikiran, dan kehendak mereka – sampai setiap lutut bertelut dan setiap lidah mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan, sampai seluruh bumi penuh dengan Kemuliaan Tuhan.
Setiap kita harus mengambil bagian kita. Entah itu support dalam doa, peperangan rohani, dana, tenaga, waktu, kesempatan, karunia, dan seluruh talenta kita untuk memenangkan jiwa bagi Tuhan, sambil diri kita sendiri juga berbuah-buah Roh kebenaran.
Ini bukan hanya tugas Gembala dan beberapa atau sekelompok orang saja, tetapi tugas setiap orang yang namanya sudah tertulis di dalam buku Kehidupan.
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib” (1 Pet. 2:9).
Dan Tuhan akan menyertai setiap gerejaNya yang mau mengambil bagian dalam menggenapkan Amanat Agung ini, senantiasa sampai kepada akhir jaman. Maranatha !