SEPAKAT MAKIN LAMA MAKIN KUAT

Home / Weekly Message / SEPAKAT MAKIN LAMA MAKIN KUAT
SEPAKAT MAKIN LAMA MAKIN KUAT

Amos 3:3 “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?” ”Can two walk together unless they agreed?”

Apa arti kata sepakat? Bagi orang bisnis kata sepakat berarti mencapai “deal” (= persetujuan) untuk melanjutkan kerjasama sesuai perjanjian. Bagi musisi, kata sepakat itu artinya bisa bersama-sama mengalirkan musik untuk menghasilkan sebuah simfoni yang harmonis dan terdengar menyatu. Intinya, sepakat itu artinya kedua belah pihak (atau lebih) sudah setuju dengan keputusan bersama yang telah dibicarakan sebelumnya. Bayangkan apabila anda bersepakat untuk bertemu di sebuah tempat pada jam yang sudah ditentukan. Jika salah satu melanggar kesepakatan, misalnya datang pada jam yang berbeda atau pergi ke tujuan yang berbeda, tentu anda tidak akan pernah bisa bertemu bukan?

Seperti itulah sebuah gambaran kesepakatan. Dalam membuat surat perjanjian atau kontrak pun demikian. Keduabelah  pihak harus terlebih dahulu sepakat atas pasal-pasal yang di atur di dalamnya sebelum menandatangani surat atau menyetujui langkah/arah yang di inginkan. Tanpa itu, sebuah kontrak tidak akan berlaku. Demikian pentingnya sebuah kesepakatan dalam berbagai aspek hidup kita. Tanpa adanya kesepakatan, kita tidak akan bisa berjalan bersama-sama.

Kesepakatan sering disepelekan atau dianggap tidak penting bagi banyak orang. baik dalam keluarga, pekerjaan, belajar maupun dalam beribadah. Mereka lebih suka berjalan sendiri dan memutuskan segalanya sendiri dan menganggap orang lain kurang penting atau bahkan tidak ada. Coba pikir apabila dalam sebuah gereja jemaatnya hanya datang, duduk, diam, dengar dan kemudian pulang, bisakah gereja itu tumbuh menjadi berkat bagi sesamanya apalagi mendampaki komunitas dan kotanya?

Jika semua unsur di dalamnya berjalan sendiri-sendiri, bisakah sebuah gereja menjalankan program-programnya dengan baik? Jika dalam sebuah keluarga semuanya sibuk dengan dunianya masing-masing tanpa peduli satu sama lain, ayah hanya bekerja, ibu yang tidak mau mengurus rumah tangga hanya ngobrol dan urus kecantikan/shopping, anak-anak ke sekolah dan bermain bersama teman dan berkumpul dengan keluarga hanya sekali-kali saja, bisakah keluarga itu menjadi harmonis dan kuat? Dapatkah sebuah tujuan dicapai jika semua yang terlibat berjalan sendiri tanpa ada kesatuan atau kesepakatan?

Pertanyaan ini mungkin terdengar klise biasa, tapi sebenarnya pertanyaan yang sama sudah ada sejak dulu dan tercatat dalam kitab Amos. “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?” (Amos 3:3). Bisakah dua orang berjalan bersama ke arah yang sama tanpa membuat perjanjian, persetujuan atau kesepakatan terlebih dahulu? Itu tidak mungkin bisa. Sebuah kesepakatan merupakan hal yang memegang peran yang sangat penting agar kita bisa berjalan ke arah yang sama untuk mencapai tujuan bersama. Baik dalam keluarga, pertemanan, pekerjaan, pelayanan atau dalam hal-hal yang spiritual kesepakatan itu merupakan sebuah unsur yang sangat penting, atau kita akan berjalan di tempat, tidak maju-maju malah semakin mundur.

Tuhan sendiri sangat mementingkan dan memperhatikan kesepakatan. Dan hal ini dianjurkan dalam begitu banyak kesempatan baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Sebuah kesepakatan selalu bisa menghasilkan dampak besar.  Lihatlah bagaimana Yesus mengajarkan pentingnya membangun sebuah kesepakatan. “Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 18:19).

Tuhan ternyata menganggap penting bagi kita untuk bersepakat dalam berdoa dan meminta sesuatu kepadaNya, dan itu disampaikan oleh Yesus sendiri. Selanjutnya Yesus pun mengatakan “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (ay 20). Jika dua atau tiga orang berkumpul, itu artinya bersepakat, dan dilakukan dalam NamaNya, maka Yesus pun akan segera hadir ditengah-tengah kita. Bukankah ini menunjukkan tingginya sebuah nilai kesepakatan bagi Tuhan? Jika Tuhan saja menganggap sebuah kesepakatan itu penting mengapa kita tidak mulai berpikir bahwa itu penting bagi kita juga dalam hubungan dengan orang lain?

Ingatlah bahwa tidak ada satupun yang maksimal yang bisa kita lakukan apabila kita hanya berjalan sendiri-sendiri. Sebuah keluarga tidak akan bisa harmonis dan kuat tanpa adanya kesatuan di antara anggota-anggotanya. Meski semua melakukan tugasnya masing-masing dengan baik, kekuatannya akan sangat lemah apabila tidak ada kesatuan di dalamnya. Dalam pekerjaan, bisnis maupun pelayanan pun sama. Tidak akan ada program yang bisa berjalan dengan baik, tidak akan ada sebuah pencapaian yang luar biasa apabila tidak didasari dengan kesepakatan. Kita tidak akan bisa tetap tegar atau teguh dalam menghadapi masalah jika hanya sendirian.

Mengingat pesan Tuhan bulan ini melalui Gembala Rayon kita, Bersama dengan Tuhan mereka berjalan makin lama makin kuat (Mazmur 84:8).  Untuk menjadi kuat kita harus berjalan sepakat bersama dengan Tuhan dan saudara seiman.  Beberapa alasan mengapa kita berjalan bersama dengan Tuhan makin lama makin kuat?

  1. Tidak Sendirian. Untuk pergi beribadah kepada Allah di Sion, harus sehati, sepakat, dan seiman.. Sepakat = Symphoneo = beberapa orang dalam satu Komunitas/persekutuan; Symphony = Sesuatu yang harmonis, sama seperti didalam orchestra, alat musik berbeda-beda memainkan alunan yang senada dengan tempo yang sama menjadi indah. Dikatakan bersama-sama di sini, pertama bersama dengan Tuhan, lalu bersama-sama dengan orang-orang yang berjalan bersama dengan Tuhan.
  1. Akan Melewati Lembah Baka (Maz 84:5-7).

Baka dalam bahasa Ibrani artinya “Air Mata” atau lembah ratapan, tangisan (apapun masalah yang kita hadapi, bersama Tuhan yang selalu memberi kekuatan baru). Dalam perjalanan kita mengiring Tuhan, kita pasti melewati lembah Baka, tantangan dan masalah yang kita hadapi. Banyak pelayan Tuhan pada waktu melewati lembah Baka, akhirnya tidak kuat, mundur dan hancur.

Yesaya 40:28-31, “Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu tidak terduga pengertian-Nya. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

Dikatakan ayat di atas bahwa orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru yang dari pada Tuhan.  Ayub mengatakan bahwa hidup itu berat, mungkin saudara juga berkata bahwa hidup saudara berat dan banyak mengalami tantangan, kita harus tahu bahwa Tuhanlah yang memberikan kekuatan.

Bagaimana caranya agar kita berjalan bersama Tuhan, makin lama makin kuat?

  1. Berdiri teguh, jangan goyah, dan giat selalu dalam pekerjaan Tuhan (1 Kor 15:57-58).
  2. Firman Tuhan menjadi prioritas setiap hari (1 Yoh 2:14).
  3. Tidak terbawa arus, harus melawan arus (Ibrani 2:1)
  4. Bertumbuh dalam iman dan menjadi dewasa (Ibrani 4:2).
  5. Percaya bahwa Roh dalam kita lebih dari pada roh yang ada di dalam dunia (1 Yoh 4:4; Ef 6:10).

1 Kor 15:57-58, “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”

Dalam persekutuan dengan Tuhan, pada waktu menjadi lemah, di situlah Tuhan kasih kekuatan. Demikian juga dalam persekutuan orang percaya ada kekuatan (comfort) dan kasih (penerimaan). Semua pelayanan yang kita lakukan untuk Tuhan meski ada tantangan dan masalah yang kita hadapi, meski orang lain tidak melihat apa yang sudah kita lakukan, dan kalau sampai hari ini kita boleh tetap melayani Tuhan, itu semua karena kekuatan dari Tuhan. Karena Tuhan memberikan kekuatan kepada orang yang menanti-nantikan Tuhan.

Pengkotbah mengatakan “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!” (Pengkotbah 4:9-10). Dan selanjutnya juga diingatkan bahwa dua orang yang bepergian bersama dapat menangkis serangan, tapi orang yang sendirian akan dengan mudah dapat dikalahkan. “Dan bilamana seorang dapat dikalahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” (ay 12). Sudahkah kita menyadari betapa pentingnya sebuah kesepakatan dalam berbagai aspek kehidupan kita?

Gereja hanya akan bisa menjadi garam dan terang bagi lingkungan atau kotanya apabila jemaatnya mau bersatu, bersepakat dan melakukan bagian masing-masing secara terintegrasi atau terpadu. Sudah saatnya gereja menjadi kumpulan orang-orang kudus yang mau terlibat melakukan langkah nyata bukan hanya bersikap apatis, hanya datang, duduk diam dan mencari berkat untuk dirinya sendiri saja. Di sisi lain sebuah gereja seharusnya mampu mempermudah orang untuk pelayanan dan bukan sebalik-nya malah membangun tembok pembatas lewat peraturan-peraturan atau tradisi duniawi yang terlalu rumit sehingga menyulitkan jemaatnya untuk terlibat. Tuhan sangat memperhatikan kesepakatan, itu merupakan hal yang penting bagiNya dan sudah saatnya kita pun menanggapi sebuah kesepatakan itu dengan sangat serius. Kesepakatan memegang peranan penting bagi terkabulnya doa kita. Amin!